Menghidupkan Layar: Kunci Sukses Membentuk Cerita Film

HUMANIORA – (17/7/2024) Dalam dunia perfilman, memahami unsur-unsur yang membentuk sebuah cerita film menjadi kunci untuk menciptakan karya yang memukau dan menarik perhatian penonton. Sebuah film tidak hanya tentang alur cerita, tetapi juga bagaimana tokoh-tokoh dihidupkan, latar yang dibangun, adegan yang dirancang, dan musik yang mengiringi setiap momen. Selain itu, kualitas akting, pergerakan kamera, dan elemen teknis lainnya berkontribusi dalam menciptakan pengalaman sinematik yang mendalam. Dengan memperhatikan semua aspek ini, seorang pembuat film dapat menyusun narasi yang kuat, emosional, dan tak terlupakan, menjadikan setiap detail penting untuk dipahami dan diterapkan secara cermat.

Baca juga:

Profesionalisme dan Etika: Kunci Keberhasilan di Dunia Kerja

Menavigasi Era Digital: Pentingnya Memahami Jurnalistik di Media Siber

Hal itu disampaikan CEO Raya Media Creative dan Direktur LSP Desain Digital Singhasari Malang, Novin Wibowo, S.Sos., M.Si., dalam rangkaian kegiatan pembekalan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berlangsung di ruang teater Fakultas Humaniora, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 3 Juli 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Novin menyampaikan materi penting mengenai sinematografi untuk mahasiswa Fakultas Humaniora yang akan melakoni PKL di bidang sinematografi. Presentasi ini berfokus pada unsur-unsur naratif dan sinematik yang menjadi pondasi utama dalam pembuatan film yang menarik dan berkualitas. Ia menggarisbawahi bahwa memahami kedua unsur, naratif dan sinematik, sangat penting untuk dapat memahami film secara menyeluruh dan mendalam.

Novin menjelaskan bahwa unsur naratif berkaitan dengan bahan atau materi yang akan diolah dalam cerita film. Menurutnya, unsur naratif mencakup aspek-aspek seperti latar cerita, urutan waktu, durasi waktu, frekuensi waktu, karakter, dan konflik.

Selanjutnya, Novin juga menjelaskan unsur sinematik dalam sebuah film. Unsur ini adalah cara atau gaya bagaimana sebuah film digarap. Unsur ini mencakup beberapa aspek, termasuk mise en scene, sinematografi, editing, dan suara.

Menurut Novin, Mise en Scene meliputi segala hal yang terlihat dalam frame film, seperti setting, aktor, blocking, kostum, dan lighting, sedangkan Sinematografi berkaitan dengan teknik pengambilan gambar dan penggabungan gambar untuk membentuk cerita, termasuk framing, zooming, exposure, tata cahaya, komposisi, pergerakan kamera, sudut kamera, pemilihan film dan lensa, fokus, warna, penggunaan filter, dan depth of field.

Adapun editing, menurut Novin proses ini melibatkan pemotongan dan penyambungan potongan gambar untuk menjadikan cerita yang utuh dan dapat dimengerti. Terdapat dua proses editing: offline dan online, dan suara memberikan nyawa bagi film dan kualitas suara sangat mempengaruhi hasil akhir film tersebut.

Terkait Struktur Cerita dan Pengembangan Premis, Novin juga mengulas struktur cerita atau plot, dengan fokus pada struktur tiga babak yang menjadi pondasi dalam membentuk skenario yang baik untuk film fiksi. Struktur ini mencakup pengenalan tokoh, alur cerita, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Ia menekankan pentingnya suspense sebagai unsur dramatik dalam skenario.

Mengakhiri presentasinya, Novin berbagi tips mengembangkan premis menjadi gagasan cerita yang lebih kompleks. Ia mendorong para peserta untuk mengembangkan premis dari satu kalimat menjadi maksimal 4-7 kalimat yang mengandung karakter dan atributnya, deskripsi masalah, dan langkah (aksi) yang harus diambil oleh tokoh utama.

Kegiatan pembekalan PKL ini diharapkan memberikan pemahaman mendalam kepada mahasiswa tentang pentingnya unsur naratif dan sinematik dalam mengembangkan industri film yang berkualitas. Novin berharap para peserta PKL dapat menerapkan konsep-konsep ini dalam praktik mereka, sehingga dapat berkontribusi secara nyata terhadap perkembangan industri kreatif di Indonesia. [al]

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id