HUMANIORA – (12/9/2024) Hari kedua rangkaian program International Youth Enhancing Study (I-YES) 2024 di Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semakin semarak dengan hadirnya sesi Cultural Class: Folk Dance, Rabu, 11 September 2024. Dalam sesi ini, para peserta diajak mendalami salah satu kekayaan budaya Indonesia, Tari Grebeg Sabrang. Kegiatan ini berlangsung di Museum Mpu Purwa, sebuah situs bersejarah yang terletak di Kelurahan Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang.
Baca juga:
- Batik Class I-YES 2024: Seni, Filosofi, dan Kreativitas Berpadu dalam Harmonis
- I-YES 2024: Menggugah Kekayaan Budaya Indonesia Lewat Harmoni Gamelan
Museum ini dikenal karena koleksi cagar budayanya yang mencakup arca dan peninggalan sejarah lainnya, sehingga menjadi latar yang tepat untuk menggali lebih dalam budaya lokal Malang. Tari Grebeg Sabrang sendiri memiliki makna filosofis yang dalam, menggambarkan perlawanan pasukan Jawa terhadap serangan dari negeri seberang, sekaligus memadukan unsur humor dalam gerak-geriknya.
Acara ini dipandu oleh Tim Duta Budaya Kota Malang yang terdiri dari Sella Nur Jannah, Albany Pasya, dan Muhammad Ifan. Mereka dengan penuh antusias memperkenalkan gerakan dasar tarian kepada para peserta yang berasal dari berbagai negara. Dengan gaya komunikatif, mereka menjelaskan bagaimana tarian ini bukan sekadar seni gerak, tetapi juga sarana untuk memahami sejarah perjuangan masyarakat Malang.
"Tari Grebeg Sabrang merupakan tarian yang mencerminkan perlawanan pasukan Jawa terhadap musuh dari negeri seberang. Tarian ini unik karena membutuhkan kolaborasi banyak penari, tidak bisa dilakukan hanya oleh satu atau dua orang. Penari juga mengenakan topeng berwarna merah, yang melambangkan keberanian," jelas Sella Nur Jannah di hadapan para peserta.
Selama sesi latihan, peserta dibagi menjadi empat kelompok dan diberi kesempatan untuk mempraktikkan gerakan dasar Tari Grebeg Sabrang. Setiap kelompok menampilkan versi mereka sendiri dengan semangat dan antusiasme tinggi. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pengenalan budaya, tetapi juga mempererat hubungan antar peserta yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Salah satu peserta, Rozieq, mengungkapkan kegembiraannya mengikuti sesi ini. "Seru sekali! Kegiatan ini mampu merangkul mahasiswa dari berbagai negara untuk belajar bersama tentang tarian tradisional Indonesia. Ini adalah pengalaman yang sangat berkesan bagi saya."
Setelah sesi tari, peserta berkesempatan menjelajahi Museum Mpu Purwa, tempat mereka berlatih. Museum ini tidak hanya menjadi ruang edukatif bagi peserta, tetapi juga menjadi penghubung sejarah lokal. Nama museum yang diambil dari tokoh Buddha, Mpu Purwa, ayah dari Kendedes, menambah kekayaan wawasan yang didapat peserta mengenai jejak kebudayaan Malang.
Dengan tarian dan sejarah yang dihadirkan dalam satu rangkaian, sesi ini menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal di tengah arus globalisasi. Tari Grebeg Sabrang, dengan segala nilai filosofisnya, bukan hanya sebuah seni yang menghibur, tetapi juga jembatan yang menghubungkan generasi muda dari berbagai bangsa dengan sejarah dan tradisi Indonesia.
Acara ini merupakan bagian penting dari upaya Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia melalui platform internasional seperti I-YES. Dengan demikian, setiap peserta diharapkan tidak hanya membawa pulang kenangan, tetapi juga wawasan baru mengenai betapa kayanya warisan budaya Indonesia. [r/y]