I-YES 2024: Menggugah Kekayaan Budaya Indonesia Lewat Harmoni Gamelan

HUMANIORA – (11/9/2024) Hari kedua program International Youth Enhancing Study (I-YES) 2024 di Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diwarnai dengan semangat belajar yang semakin membara. Sesi Cultural Class bertajuk "Folk Music" membawa peserta ke dalam dunia magis alat musik tradisional Indonesia, yaitu gamelan. Acara ini dipandu oleh pakar musik tradisional, Bagus Wignyo Priyonggo, S.I.Kom., yang dengan penuh antusias memperkenalkan peserta pada harmoni khas gamelan sebagai cerminan kekayaan budaya Indonesia.

Baca juga:

Pada sesi tersebut, Bagus memberikan paparan mendalam mengenai filosofi gamelan serta sejarah di balik kesenian tersebut, sambil memperkenalkan para peserta pada instrumen gamelan yang memiliki makna tersendiri dalam kebudayaan Nusantara.

Di hadapan para peserta yang berasal dari berbagai penjuru dunia, Bagus membuka sesi dengan menjelaskan bahwa gamelan bukan sekadar kumpulan alat musik, melainkan simbol harmoni. "Gamelan adalah sebuah kesatuan yang harmonis dari berbagai instrumen yang saling melengkapi," tuturnya. Filosofi ini mencerminkan prinsip gotong-royong dalam budaya Indonesia, di mana keindahan hanya dapat tercapai ketika setiap elemen bekerja sama dengan baik.

Bagus kemudian memperkenalkan peserta pada sepuluh instrumen utama dalam gamelan, yakni Gong, Kempul, Demung, Saron, Peking, Slentem, Bonang Barung, Bonang Penerus, Kenong, dan Kendang. Dengan penjelasan rinci, ia memaparkan fungsi dan karakteristik masing-masing alat, serta bagaimana mereka saling melengkapi untuk menciptakan melodi yang indah dan harmonis.

Tidak hanya itu, Bagus juga menjelaskan akar sejarah gamelan, yang telah ada sejak masa Hindu-Buddha di Nusantara, jauh sebelum masuknya Islam. Pada masa tersebut, gamelan digunakan dalam upacara keagamaan untuk berdoa. Namun, ketika Walisongo mulai menyebarkan Islam di tanah Jawa, gamelan kembali memainkan peran penting dalam dakwah. Dengan pendekatan yang kreatif, Walisongo menggunakan gamelan sebagai sarana untuk menarik minat masyarakat. “Walisongo menggunakan syahadat sebagai 'tiket' untuk melihat penampilan gamelan. Mereka yang ingin menonton harus mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu. Melalui cara ini, penyebaran agama Islam berkembang dengan cepat,” jelas Bagus.

Setelah memahami filosofi dan sejarah gamelan, peserta berkesempatan langsung mempelajari cara memainkan alat musik tradisional ini. Di bawah bimbingan Bagus, mereka diperkenalkan pada gamelan dengan laras Pelog dan mulai belajar memainkan lagu Jawa klasik "Suwe Ora Jamu". Bagus memandu mereka dengan sabar, memastikan setiap peserta dapat mengikuti ritme dan memahami harmoni yang tercipta saat semua instrumen dimainkan bersama.

Momen ini menjadi puncak dari sesi gamelan, di mana para peserta tidak hanya mengenal budaya lokal, tetapi juga merasakan sendiri bagaimana harmoni musik tradisional dapat mencerminkan filosofi kehidupan yang mendalam. Melalui kegiatan ini, diharapkan para peserta dapat membawa pulang kesan mendalam tentang kebudayaan Indonesia, sekaligus mengapresiasi keragaman budaya yang menjadi ciri khas bangsa ini.

Salah satu peserta dari Turki, Fatmanur Cerrah mengungkapkan rasa kagumnya, "Saya sangat menyukai karakteristik unik dari alat musik gamelan. Ini sangat berbeda dari gitar atau piano yang biasa saya mainkan. Suara gamelan memiliki daya tarik tersendiri yang sungguh memukau." Ia juga menambahkan bahwa meskipun sudah pernah mencoba angklung sebelumnya, pengalaman bermain gamelan membawa kebahagiaan tersendiri.

Program I-YES 2024 tidak hanya memperkenalkan para peserta pada dunia akademik dan modernitas, tetapi juga pada kekayaan tradisi yang menjadi landasan identitas bangsa Indonesia. Sesi gamelan ini menjadi salah satu bagian penting dalam menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam satu kesatuan harmoni yang sejalan dengan semangat kebersamaan dan gotong-royong. [al]

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id