HUMANIORA – (11/9/2024) Hari ketiga Program International Youth Enhancing Study (I-YES) 2024 diwarnai semangat para peserta dari berbagai negara untuk mendalami salah satu warisan budaya Indonesia yang paling ikonik-seni batik (11/9). Dalam suasana hangat dan penuh kreativitas, peserta tak hanya memperoleh pengetahuan teoretis tentang sejarah dan teknik batik, tetapi juga berkesempatan untuk terlibat langsung dalam proses kreatif menciptakan karya batik mereka sendiri.
Acara yang berlangsung di depan gedung Fakultas Humaniora tersebut merupakan bagian dari sesi Batik Class yang dipandu Fikrah Ryanda Saputra, seorang ahli batik dari komunitas Hamparan Rintik.
Fikrah memaparkan beragam aspek seni batik, mulai dari teknik pewarnaan hingga filosofi di balik motif-motif batik yang bervariasi di setiap daerah di Indonesia. “Batik bukan hanya sekadar motif di kain, melainkan bahasa simbolis yang mencerminkan nilai-nilai lokal dan sejarah masyarakat kita,” ungkapnya.
Fikrah juga memperkenalkan beberapa teknik membatik, salah satunya adalah batik tulis, yang menjadi salah satu teknik tertua dan paling dihargai dalam dunia seni batik. Teknik ini memerlukan ketelitian dan kesabaran, di mana motif-motif digambar langsung di atas kain menggunakan cairan lilin panas.
Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk bereksperimen dengan berbagai motif. Meskipun tidak ada ketentuan khusus dalam memilih motif, beberapa peserta memilih menggambar motif tradisional seperti Topeng Malangan, sementara yang lain lebih memilih untuk bereksperimen dengan desain kontemporer sesuai kreativitas masing-masing.
Setelah mempelajari dasar-dasar teori, para peserta melanjutkan ke sesi Batik Workshop, di mana mereka terlibat langsung dalam pembuatan batik. Menggunakan bahan-bahan sederhana seperti kain putih, kuas, dan cairan hitam yang berasal dari campuran garam merah, peserta bebas mengekspresikan ide-ide mereka di atas kain. Salah satu peserta dari India, Nindhi Priya, mengungkapkan kekagumannya terhadap proses ini. “Saya sangat tertarik dengan kegiatan ini karena memberikan banyak pengetahuan, khususnya tentang kebudayaan Indonesia dalam membatik,” katanya.
Salah satu hal menarik yang muncul dari sesi workshop adalah ragam teknik yang digunakan oleh peserta. Beberapa memilih teknik tradisional batik tulis, sementara yang lain bereksperimen dengan teknik tie dye. Seorang peserta, misalnya, memilih untuk menggambar motif tribal arts dari India, yang menurutnya mencerminkan konsep unity atau kesatuan. Setelah proses menggambar selesai, kain tersebut direbus untuk memperkuat warna, sebelum akhirnya dijemur hingga kering, menciptakan hasil akhir yang indah dan unik.
Di akhir sesi, Fikrah menyampaikan harapannya agar acara seperti ini terus berlanjut dan melibatkan lebih banyak peserta dari berbagai negara. “Semoga acara ini dapat diadakan setiap tahun, sehingga budaya Indonesia, terutama karya-karya pengrajin dari Malang, dapat lebih dikenal di dunia internasional,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kegiatan ini berhasil menggabungkan edukasi dan kreativitas dalam suasana internasional yang penuh semangat. Melalui Batik Class dan Workshop, para peserta tidak hanya memperoleh wawasan baru tentang budaya Indonesia, tetapi juga berperan aktif dalam melestarikan dan mengembangkan seni batik. Program I-YES 2024 ini, dengan berbagai kegiatannya, menunjukkan bagaimana budaya tradisional dapat menjadi jembatan lintas budaya yang menghubungkan masyarakat dari berbagai belahan dunia. Batik, sebagai salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO, menjadi simbol harmoni dan kreativitas yang dapat menyatukan perbedaan dan menginspirasi kolaborasi antarbangsa.
Dengan penuh semangat, peserta I-YES 2024 tidak hanya mengenal lebih dekat batik sebagai seni, tetapi juga sebagai ekspresi budaya yang mencerminkan sejarah, nilai-nilai lokal, dan potensi besar untuk terus dikembangkan di masa depan. [rzl]