HUMANIORA – (19/10/2023) Dalam pembukaan acara International Scholar’s Engagement pada Kamis, 19 Oktober 2023, Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, menyoroti urgensi tema yang diangkat, ecohumanisme dalam perkembangan kehidupan manusia. Ia menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju akan membentuk pandangan manusia terhadap diri mereka dan lingkungan sekitar.
- Baca juga:
Dr. Azhar Ibrahim: Ecohumanisme Konsep Penghargaan Kehidupan - Bahas Ecohumanism, Humaniora Hadirkan Pakar Sastra dari Singapore
Dalam sambutannya, M. Faisol mengatakan bahwa manusia sering kali terlalu terfokus pada diri mereka sendiri, sehingga lupa bahwa tindakan mereka memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan. "Saat kita mencapai tahap ini, maka krisis ekologi terjadi," ujarnya.
Lebih lanjut, pria asal Kota Gresik itu menggarisbawahi bahwa makna kehidupan tidak selalu harus berkaitan dengan manusia itu sendiri. Menurutnya, hikmah dan pengetahuan bisa ditemukan bukan hanya dari manusia, tetapi juga dari entitas di luar diri manusia. Maka dari itu, ecohumanisme merupakan cara bagi manusia untuk memahami dan berkontribusi terhadap lingkungannya.
"Dalam konteks ini, ecohumanisme menjadi bagian penting dari cara manusia dapat berperan aktif dalam memahami dan merawat lingkungannya," tambahnya.
Di akhir sambutannya, M. Faisol menekankan pentingnya terus-menerus mengkaji khazanah ilmiah, terutama dalam bidang sastra dan ilmu humaniora, dengan menggunakan perspektif kontemporer.
Dalam pandangannya, kitab-kitab klasik seperti "Kitab al-Bukhola" karya Al-Jahidz misalnya, yang membahas perilaku manusia dalam konteks metafora dan perumpamaan tokoh "Dika," perlu ditinjau ulang dengan perspektif masa kini. Hal ini bertujuan agar kontinuitas dan perubahan dalam pemahaman manusia tentang ilmu pengetahuan dapat terus diperbarui.
"Kajian ilmu pengetahuan harus terus berlanjut untuk memahami kontinuitas dan perubahan, dan untuk membangun diskursus ilmiah yang dinamis," pungkasnya. [a]
