Bagaimana Menulis Latar Belakang Penelitian yang Baik?

(Tulisan ke-8)

Mudjia Rahardjo

Setelah menemukan masalah yang akan diteliti, seorang peneliti selanjutnya menulis latar belakang masalah penelitian. Melalui latar belakang, peneliti akan menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain. Keraf (1997:34) menyatakan bahwa tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran kepada pembaca secara jelas dan efektif. Untuk mencapai hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, seorang penulis harus lebih dulu memiliki ide atau gagasan yang akan ditulis, merenungkan secara matang, kemudian mengembangkannya dalam bentuk tulisan secara jernih, efektif dan segar dalam bentuk kalimat, paragraf, atau teks.  

Pengalaman membimbing dan menguji karya ilmiah mahasiswa  selama ini menemukan kenyataan masih banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis latar belakang penelitian. Akibatnya, sulit ditemukan ide besarnya (grand idea), untuk apa sebuah tema diangkat, dan bagaimana caranya. Ide masih berserakan ke mana-mana sehingga tidak fokus mengenai apa sebenarnya yang hendak dibahas.    

Jika dicermati, persoalannya terfokus pada tiga hal, yaitu substansi yang ditulis, logika berpikir dan bahasa yang digunakan. Persoalan substansi menyangkut tema atau topik yang ditulis masih kabur, kurang dukungan bukti empirik dan teoretik, dan tema yang diangkat bukan hal baru. Persoalan logika meliputi  kemampuan menuliskan ide atau gagasan dalam bahasa tulis dengan alur urutan yang tidak logis. Sedangkan persoalan bahasa meliputi ketidakcermatan atau ketidaktelitian penulisan ejaan kata dan tata aturan menulis kalimat yang tidak sesuai dengan ketentuan baku dan gramatika bahasa yang dipakai. Sebagai contoh, kesalahan penulisan awalan dan kata depan ‘di’, ‘ke’, dan ‘ter’, merupakan salah satu persoalan bahasa yang sangat sering terjadi. Misalnya, penulisan kata “dikantor” yang mestinya “di kantor”, “di beli” yang mestinya “dibeli”, “ter cerahkan” yang mestinya “tercerahkan”, dan “kesekolah” yang mestinya “ke sekolah” dan sebagainya masih banyak dijumpai dalam penulisan karya ilmiah, bahkan setingkat disertasi.

Suatu tema mungkin saja baik dan menarik, tetapi jika ditulis dalam bahasa yang mengandung banyak kesalahan akan berakibat sebaliknya. Mengapa tulisan ilmiah harus benar, jelas dan efektif? Menurut Keraf (1997) tulisan yang jelas dapat membuat pembaca menghayati gagasan yang dituangkan dalam tulisan. Tulisan yang jelas, jernih dan lugas dapat membuat pembaca larut dalam relung hati penulis dan malah bisa menghayal.

Sebaliknya, orang biasanya malas membaca tulisan yang di bagian awal saja sudah ditemukan banyak kesalahan bahasa. Alasannya sederhana bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan hal-hal besar dan serius ketika hal-hal sederhana saja tidak bisa ditunaikan dengan baik, walaupun kesalahan bahasa tidak bisa dianggap sebagai hal sederhana.        

Perlu disadari bahwa latar belakang penelitian merupakan bagian pertama yang sangat penting dari keseluruhan komponen karya ilmiah. Dari latar belakang akan terlihat suatu karya ilmiah menarik dan penting atau tidak untuk diteliti. Persoalannya ialah bagaimana sebuah tema dikatakan menarik dan penting? Menarik tidak berarti lucu atau mengundang tawa. Suatu tema karya ilmiah disebut menarik jika menjadi perbincangan atau perhatian publik secara luas. Disebut penting, jika tidak diselesaikan akan mengakibatkan hal-hal buruk bagi masyarakat luas. Sebagai contoh, bagi mahasiswa jurusan hukum, kasus pembunuhan Brigadir Yosua yang telah masuk persidangan, yang dikenal dengan Kasus Sambo, adalah peristiwa menarik, Kasus tersebut menjadi perhatian publik begitu luas, sehingga sayang jika dilewatkan begitu saja. Bagi mahasiswa ilmu kesehatan, laporan Kompas (9/12/2022) yang menyatakan separuh lebih penduduk Indonesia tak mampu makan bergizi  adalah juga peristiwa sosial kesehatan yang harus dikaji lebih lanjut. Begitu juga bagi mahasiswa linguistik, semakin derasnya fenomena serapan dari kata-kata bahasa daerah ke bahasa Indonesa sebagai bahasa nasional adalah isu linguistik yang penting untuk direnungkan.         

Latar belakang memberikan informasi awal dari seluruh kegiatan penelitian yang memuat isu atau topik yang diangkat. Latar belakang juga memberikan gambaran apakah peneliti merupakan orang yang menguasai topik yang diangkat atau tidak dan pengguna bahasa yang cermat atau sebaliknya. Dari bahasanya, seseorang akan diketahui banyak hal tentang dirinya. Bahasa adalah potret diri seseorang. Dalam perspektif Linguistic Turn, menurut Arimbi (2008), bahasa menggambarkan segala sesuatu penulisnya; budaya, pola pikir, keluasan pengetahuan, ketelitiannya dan sebagainya. Karena itu, diusahakan jangan sampai terjadi kesalahan bahasa di bagian awal-awal penulisan karya ilmiah.  

Sedemikian pentingnya penulisan latar belakang yang baik, maka penulis (baca: peneliti) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Alasan rasional mengapa tema perlu diteliti dan jika tidak apa risikonya.
  2. Tema yang diangkat benar-benar merupakan masalah publik (bukan masalah pribadi) dan bukan pula sesuatu yang dipermasalahkan.
  3. Kompleksitas masalah sehingga memerlukan metode secara ilmiah untuk menyelesaikannya.
  4. Tema akan menghasilkan ilmu pengetahuan dari penelitian yang dilakukan.

Latar belakang penelitian berisi informasi mengenai substansi masalah yang diteliti yang diperoleh oleh peneliti dari fenomena, peristiwa atau problema yang perlu dicari solusinya. Dalam konteks penelitian sosial, peristiwa yang dimaksudkan bisa meliputi peristiwa-peristiwa yang terkait persoalan budaya, hukum, ekonomi, politik, pendidikan, agama  dan sebagainya. Lingkupnya bisa pada individu, kelompok, atau masyarakat luas.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut, peneliti bisa memilih tema yang diminati dan dikuasai untuk diangkat menjadi topik penelitian sesuai bidang ilmu yang ditekuni. Seorang peneliti sebaiknya tidak memilih tema di luar bidang ilmu yang ditekuni, walaupun mungkin menarik dan menyukainya. Menurut Latief (2012), seorang peneliti hanya akan bisa menghasilkan penelitian yang berkualitas pada bidang ilmu yang dipelajari. Misalnya, seorang yang menekuni bidang ilmu sosial tidak akan bisa melakukan penelitian dengan baik pada bidang sains atau matematika, dan sebaliknya. Seseorang tidak akan mungkin menguasai semua disiplin ilmu pengetahuan, dan memang tidak perlu. Peneliti sebaiknya memilih satu disiplin ilmu dan selanjutnya dikuasai dengan baik. Andai mempelajari ilmu-ilmu lain pun di luar yang ditekuni, itu sifatnya untuk memperkaya perspektif keilmuan. Itu sah dan baik-baik saja.  

Dalam latar belakagng masalah atau topik yang telah dipilih sesuai minat, kompetensi dan bidang ilmunya ditulis secara sistematis, logis, dan lugas.  Sistematis artinya antarkalimat dalam satu paragraf ditulis dengan tata urutan yang tidak melompat-lompat, sehingga mana kalimat utama dan kalimat pendukung jelas. Pada tingkat yang lebih luas yaitu paragraf atau teks, hubungan antarparagraf dikembangkan secara jelas. Logis berarti topik yang diangkat adalah sesuatu yang masuk akal berdasarkan ukuran akal sehat (common sense) masyarakat. Suatu karya ilmiah hanya mengangkat sesuatu yang logis atau rasional.  Lugas artinya pada latar belakang semua informasi mengenai persoalan yang diteliti ditulis dalam bahasa ilmiah. Ayyesa (2022) memberikan batasan ciri bahasa ilmiah adalah bahasa  yang digunakan sudah tepat sesuai informasi yang diperoleh sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, tidak bermakna ganda, dan menggunakan ragam bahasa formal, objektif, ringkas, padat, dan konsisten dalam penulisan unsur-unsur bahasa, seperti tanda baca, kosakata, dan ejaan.

Latar belakang tidak harus panjang lebar hingga berhalaman-halaman, tetapi singkat namun padat. Dengan tulisan yang padat, peneliti berusaha menyampaikan informasi yang komprehensif ke pembaca dengan mudah. Selain itu, melalui latar belakang penulis berusaha meyakinkan pembaca mengenai seberapa penting tema diangkat, baik bagi peneliti sendiri maupun bagi orang lain dan masyarakat luas. Di sini diperlukan kompetensi verbal peneliti yang baik sehingga pembaca tidak dengan susah payah memahaminya.

Tujuan utama latar belakang ialah mengantarkan pembaca agar memahami dan tertarik dengan tema yang ditulis. Karena itu, selain memakai bahasa ilmiah yang baku, latar belakang juga menyediakan informasi penting  mengenai tali-temalinya dengan studi-studi sebelumnya yang terkait (state of the arts). Dengan menunjukkan studi-studi sebelumnya, pembaca bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu yang dibahas. Dari kajian studi-studi sebelumnya, pembaca akan mengetahui tema atau topik yang diangkat baru atau usang. Tanpa kajian studi-studi terdahulu seorang peneliti tidak bisa mengetahui apakah tema yang diteliti merupakan hal baru atau sebenarnya sudah usang.  Terkait dengan studi sebelumnya, menurut Borg dan Gall (1989) peneliti bisa melakukan beberapa hal, yaitu melanjutkan melalui studi deskriptif, mengoreksi, memprediksi, atau menjelaskan suatu fenomena, yang masing-masing memiliki implikasi metodologis.    

Agar latar belakang dapat menarik minat pembaca, padat, ringkas, dan berkualitas, dikutip dari Sarifudin Website Institute, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

  1. Aspek normatif, yaitu kondisi yang seharusnya atau ingin dicapai secara ideal.
  2. Aspek empirik, yaitu kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan dan menjadi pertanyaan, karena berbeda dengan kondisi ideal. Pada aspek empirik akan tergambar gap atau ketimpangan antara normatif dan empirik, sehingga permasalahan yang akan diangkat tertera di bagian ini.
  3. Aspek teoretik, yakni bagian yang mengungkapkan metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang disebut gap penelitian.

Agar penulisan latar belakang tersajikan secara efektif, Syarifudin menawarkan sistem piramida terbalik sebagai berikut:

  1. Pada bagian awal latar belakang peneliti menyajikan gambaran umum tentang masalah yang akan diteliti, mulai dari hal yang bersifat global terus menyempit hingga mengerucut ke objek dan ruang lingkup yang akan diteliti. Misalnya, mahasiswa yang akan meneliti mengenai manajemen Sumber Daya Manusia SDM) di sebuah lembaga pendidikan memulai penulisan latar belakang dengan menyajikan konsep umum mengenai manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), kemudian mempersempit hingga akhirnya ke lingkup lembaga pendidikan yang dimaksud.
  2. Pada bagian tengah tulisan diungkap mengenai fakta, fenomena, data empirik dari studi-studi sebelumnya dan pendapat para ahli. Pada bagian ini hal-hal terkait asumsi atau pendapat subjektif pribadi sebaiknya dihindari.
  3. Bagian akhir latar belakang membahas mengenai alternatif solusi yang bisa ditawarkan, baik secara teoretis maupun praktis, sehingga melahirkan judul penelitian. Karena itu, dalam metode penelitian kualitatif peneliti tidak perlu bingung dan sibuk mencari judul penelitian sejak awal, melainkan tema dulu. Misalnya, mahasiswa jurusan pendidikan bisa memilih ‘model transformasi pendidikan’ sebagai tema sentral penelitian. Atau, mahasiswa jurusan sosiologi bisa memilih ‘konflik elite’ sebagai tema yang judulnya dapat disusun ketika penelitian berlangsung. Ada kalanya, judul penelitian kualitatif dibuat setelah penelitian selesai.

        Ada beberapa model cara penulisan latar belakang yang baik. Model piramida terbalik, menurut Syarifudin, dianggap paling populer dan paling mudah diikuti. Model ini banyak digunakan oleh para peneliti metode penelitian kualitatif yang menggunakan logika penulisan dari umum ke khusus atau model deduktif.

Apa pun model yang dipilih, dengan gaya dan ragam bahasa yang digunakan, hal pokok yang wajib menjadi perhatian adalah latar belakang harus mampu menyajikan informasi tentang pentingnya suatu tema diangkat yang didukung oleh bukti-bukti empirik dan teoretik yang kuat. Jika dapat dicapai, itulah latar belakang penelitian yang benar. Selamat mencoba!

___________

Malang, 30 Januari 2023

Daftar Pustaka

Arimbi, Diah Arini. 2008. “Linguistic Turn dan Visi Budaya: Membaca Diri Melalui Bahasa”, Pidato Ilmiah Disampaikan dalam acara Sidang Universitas Airlangga, 10 November 2008 di Aula Kantor Administrasi Universitas Airlangga.   

Ayyesa, Jihan. 2022. “Ragam Bahasa Ilmiah Beserta Pengertian dan  Ciri-cirinya”, Artikel lepas diunggah pada 5 Mei, 2005.

Borg, W.R dan Gall, M.D.  1989. Educational Research: An Introduction. White Plains: Longman Inc. 

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Ende: Penerbit Nusa Indah. Kompas (9/12/2022)

Latief, Mohammad Adnan. 2012. Tanya Jawab Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa. Malang: UM Press.

Syarifudin.  “Bagaimana Cara Membuat Latar Belakang Penelitian”, Artikel diunggah lewat Syarifudin Website Institute.

                  

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id