(Tulisan ke-7)
Mudjia Rahardjo
Setelah berhasil menemukan masalah, tema atau topik yang akan diteliti, selanjutnya peneliti menyusun rumusan masalah (research questions). Menemukan masalah dan selanjutnya merumuskannya merupakan tahap permulaan penelitian dari tahapan-tahapan yang lain dan diakui tidak mudah. Penelitian berawal dari masalah dan dilakukan untuk menjawab masalah. Memilih satu masalah yang dapat diteliti (researchable) dan merumuskannya secara benar diakui sebagai tahap yang tidak mudah. Tetapi seorang peneliti atau calon peneliti dapat memulainya dengan mencari suatu teka-teki yang harus dipecahkan atau diberi jawaban dalam bidang ilmu yang ditekuni. Misalnya, seseorang yang menekuni bidang ilmu bahasa dapat melakukan penelitian perubahan sosial yang terjadi ketika melihat perubahan masyarakat. Sebab, apa yang terjadi di masyarakat terekspresikan dalam bahasa.
Rumusan masalah penelitian merupakan unsur sangat penting dalam penelitian. Mengutip Leedy dan Ormrod, Silalahi (2015) menyatakan masalah diibaratkan sebagai jantungnya penelitian (the heart of research).”…the heart of research project is the problem.” Sebagai jantung penelitian, rumusan masalah penelitian menjadi yang pertama dan utama. Sebagai yang pertama, maka ia ditetapkan sebagai langkah awal atau pertama dalam penelitian. Sementara sebagai yang utama, ia menentukan tindakan apa yang dilakukan dalam pelaksanaan semua tahapan penelitian dan menjadi landasan dan titik tolak pelaksanaan setiap tahapan penelitian.
Rumusan masalah harus dirumuskan dengan jelas, baik bagi peneliti sendiri maupun pembaca. Rumusan masalah yang jelas akan memudahkan peneliti menjalankan tahap-tahapan penelitian. Sebaliknya, masalah yang tidak jelas akan menyulitkan peneliti dalam banyak hal. Tidak sedikit mahasiswa calon magister atau doktor tidak dapat menyelesaikan tugas akhir karena persoalan ini.
Masalah penelitian bukan sekadar masalah. Menurut Lincoln dan Guba (1985:226), rumusan masalah penelitian bukan sekadar pertanyaan, tetapi adalah suatu kondisi atau keadaan yang terjadi akibat interaksi dua atau lebih faktor yang mengakibatkan kondisi membingungkan, konflik, dan sesuatu yang tidak diinginkan, sebagaimana pernyataannya berikut:
“A problem is more than just a question; it is certainly different from an objective. … a problem is a state of affairs, resulting from the interaction of two or more factors…that yields: (1) a perplexing or enigmatic state (a conceptual problem); (2) a conflict that renders the choice from among alternative courses of action moot (an action problem); or (3) an undesirable consequence (a value problem).”
Rumusan masalah akan menentukan bobot ilmiah penelitian. Rumusan masalah yang sederhana akan menghasilkan pengetahuan sederhana. Sebaliknya, rumusan masalah baik akan menghasilkan pengetahuan yang berkualitas. Bagaimana cara merumuskan masalah penelitian yang benar? Mengutip Hatch (1982), Latief (2014:27-28) menyarankan cara membuat rumusan masalah sebagai berikut:
- Mengindentifikasi masalah yang akan diteliti.
- Mempersempit topik yang akan diteliti.
- Mengkaji rujukan yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
- Menyatakan rumusan masalah dalam kalimat pertanyaan.
Bagaimana Kriteria Rumusan Masalah Penelitian yang Baik? Rumusan masalah penelitian yang baik sangat penting dalam penelitian. Rumusan masalah penelitian yang baik memiliki beberapa kriteria umum sebagai berikut:
- Dinyatakan dalam kalimat pertanyaan yang jelas.
- Tidak mengandung kata yang multitafsir.
- Tidak menggunakan kata yang ambigu.
- Tidak menggunakan istilah-istilah teknis dalam bahasa lokal.
Setelah membuat rumusan masalah, peneliti menyusun tujuan penelitian. Rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah satu kesatuan. Tujuan penelitian lahir dari rumusan masalah. Jika jumlah rumusan masalah ada tiga, maka tujuan penelitian juga ada tiga. Jika rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk “kalimat tanya (questions), tujuan penelitian dinyatakan dalam bentuk “kalimat pernyataan (statements)”. Herbert J. Rubin (1983) menyatakan:
“The objective of academic research, whether by sociologists, political scientists, or anthropoligists, is to try to find answers theoretical questions within their respective fields. In contrast, the objective of applied social research is to use data so that decisions can be made.”
Penulisan tujuan penelitian sering dibuat dengan mengulang rumusan masalah. Ini sebenarnya tidak salah, tetapi sebaiknya dapat dihindari. Ketika seseorang akan melakukan penelitian, di benaknya sudah ada tujuan yang hendak diperoleh. Begitu juga ketika seseorang sudah menuliskan rumusan masalah, dia sebenarnya sudah berpikir tujuan yang hendak dicapai. Karena itu, tidak perlu membuat rumusan berupa pengulangan dari rumusan masalah.
Sebaiknya, tujuan penelitian dibuat rumusan ‘agak berbeda’ dari rumusan masalah. Tujuan penelitian dirumuskan dengan lebih spesifik dibanding rumusan masalah penelitian. Misalnya, rumusan masalah penelitian kualitatif “Bagaimana reaksi masyarakat terhadap pengakuan saksi-saksi dalam kasus pengadilan Sambo?,” maka tujuan penelitiannya adalah “Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai sikap masyarakat melihat kesaksian para saksi dalam kasus persidangan Sambo. Dengan demikian, tujuan penelitian bukan berupa pengulangan dari rumusan masalah! (bersambung)
____________
Malang, 23 Januari 2023
Daftar Pustaka
Latief, Mohammad Adnan. 2012. Tanya Jawab Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).
Lincoln, Yvonna S. dan Egon G. Guba.1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, California: Sage Publications.
Silalahi, Ulber. 2017. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT Refika Aditama.