Mengapa Memilih Penelitian Kualitatif?

(Tulisan ke-9)

Mudjia Rahardjo

Seorang peneliti memilih suatu metode tertentu selalu berdasarkan filsafat yang melandasinya. Misalnya, metode penelitian kualitatif tak dapat dipisahkan dari pandangan filsafat tentang manusia. Sebagaimana telah diungkap di awal naskah ini, metode penelitian kualitatif berada di bawah payung paradigma interpretivisme. Meminjam ungkapan Liliweri (2018), paradigma ini berpendekatan kultural dan historis terhadap dunia sosial.  Diyakini bahwa kehidupan sosial itu secara kultural diturunkan atau diwarisi sehingga kita hanya bisa membuat interpretasi secara historis tentang dunia sosial.

Ketika ‘interpretif’ dikenal sebagai paradigma, maka ‘interpretivisme’ berkaitan erat dengan pendapat Max Weber tentang cara kita memahami ilmu pengetahuan. Menurut Weber, dalam memahami ilmu pengetahuan, kita seharusnya lebih memerhatikan ‘verstehen’ (pemahaman) daripada ‘erklaren’ (penjelasan), atau seharusnya lebih memerhatikan ‘proses’ daripada ‘fakta’. Weber pun akhirnya dikenal sebagai Bapak sosiologi interpretif.            

Mengutip Cohen, Liliweri menyatakan realitas dunia sosial itu berlapis-lapis dan kompleks, sehingga fakta dan nilai tidak dapat dipisahkan. Nilai menempel pada fakta. Peneliti interpretif dapat mengonstruksi hasil penelitian berdasarkan sikap dan nilai-nilai dia sendiri yang diyakini. Karena itu, analisis interpretif berorientasi pada ‘makna’ (meaning) ketimbang ‘pengukuran’ melalui wawancara dan observasi partisipan, yang mengandalkan hubungan intensif antara peneliti dan subjek. Hasil penelitian interpretif tidak ditentukan oleh kebergantungan dan interdependensi variabel, namun berfokus pada kompleksitas keseluruhan dan perasaan manusia yang muncul dalam situasi tertentu.       

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kegiatan keseharian manusia dengan berbagai dimensi dan perilakunya dalam situasi dan kondisi kultural yang berbeda-beda, sebagaimana dinyatakan Hitzler dan Eberle (2004:65):

“A common  starting point for the different individual theoretical traditions within qualitative research is the day-to-day action of members of society in different situations and under varying cultural conditions.”  

Metode ini berangkat dari pemikiran yang lebih idealistik dan humanistik yang memandang manusia sebagai sebagai makhluk yang berkesadaran dan bersifat intensional untuk bertindak (Faisal, 1998). Sebagai makhluk berkehendak, tindakan manusia selalu dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau hajat tertentu. Sedangkan penelitian kuantitatif berasal dari akar pemikiran Aristotelian yang memandang manusia sebagai makhluk yang bersifat otomatis dan mekanis, yang bertindak jika ada rangsangan atau stimulus dari luar dirinya. Manusia dianggap makhluk pasif, sehingga sering disebut ‘objek’ penelitian.   

Penelitian kualitatif bertujuan ingin memahami peristiwa atau fenomena secara lebih holistik, tidak hanya bagian-bagian dari peristiwa. Untuk mencapai itu, metode kualitatif tidak hanya terpusat pada sesuatu yang tampak tetapi juga menggali makna di balik yang tampak. Untuk dapat menggali makna mendalam itu diperlukan interaksi antara peneliti dengan subjek secara intensif, baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode penelitian kualitatif menggunakan tiga cara pengumpulan data: (1) wawancara mendalam; (2) observasi langsung; dan (3) dokumentasi tertulis, sebagaimana dinyatakan Patton (1990:10):

“Qualitative methods consists of three kinds of data collection: (1) in-depth,

open-ended interviews; (2) direct observations; (3)  written documents.” 

Dari interviu akan diperoleh pernyataan langsung dari informan mengenai pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan seseorang tentang sesuatu. Dari observasi diperoleh data berupa deskripsi lengkap tentang kegiatan orang, perilaku, tindakan-tindakan, dan interaksinya dengan proses organsasi yang menjadi bagian dari pengalaman yang dapat diobservasi. Sedangkan dokumentasi menghasilkan catatan-catatan atau arsif, hasil-hasil pertemuan, surat menyurat, laporan resmi, catatan harian dan jawaban-jawaban terhadp kuesioner dan survei.    

Menurut Creswell (2008:49-50) penelitian kuantitatif dianggap terlalu menggantungkan pada pandangan peneliti sendiri ketimbang subjek. Subjek penelitian  berada di luar konteks dan ditempatkan dalam situasi eksperimental jauh dari pengalaman pribadinya. Itu sebabnya para ahli, khususnya para filsuf pendidikan pada akhir 1960-an, mencari alternatif pendekatan lain yang lebih humanis, yang menekankan pentingnya pandangan subjek, dan konteks di mana subjek menyampaikan pandangan-pandangannya. Metode alternatif itu mereka sebut dengan naturalistic inquiry atau constructivism.

Penelitian kualitatif sangat kompleks; lintas disiplin, bidang, dan pokok bahasan. Menurut Patton (1990:65) “Qualitative inquiry is not  a single thing with a singular subject matter.” Metode kualitatif melibatkan banyak perspektif dan multidisiplin. Penelitian kualitatif itu multi-metode dalam fokus, meliputi pendekatan naturalistik interpretif terhadap pokok masalah, dengan paradigma holistik-induktif naturalistik (naturalistuc-holistic-inductive paradigm). Karena itu, wajar jika Borg dan Gall (1988) mengatakan metode kualitatif sebenarnya jauh lebih sulit daripada metode kuantitatif karena data yang terkumpul biasanya subjektif dan alat utamanya adalah peneliti sendiri.                                    

Peneliti memilih metode penelitian kualitatif dengan beberapa alasan sebagai

berikut:

  1. Ingin memahami (to undertand) suatu tindakan atau peristiwa dari sudut pandang pelakunya (bukan dari sudut pandang peneliti sebagaimana penelitian kuantitatif).
  2. Berpegang pada pandangan bahwa realitas sosial itu bersifat maknawi, tak terlepas dari sudut pandangan, frame, definisi, dan atau makna yang terdapat pada diri manusia yang memandangnya.
  3. Bertitik tolak dari pemikiran bahwa yang tampak bukan realitas yang sebenarnya, melainkan hanya pantulan dari sesuatu yang tersembunyi.
  4. Berpandangan bahwa manusia adalah makhluk kreatif yang punya ide yang dapat bertindak untuk membuat peristiwa sosial.
  5. Berpedoman bahwa realitas itu terbentuk secara interaktif dan menjadi bermakna secara subjektif.
  6. Menggunakan masyarakat sebagai laboratorium kehidupan nyata subjek yang berlangsung dalam kegiatan sehari-hari.
  7. Mementingkan kedalaman pemahaman daripada keluasan cakupan/wilayah penelitian, sehingga untuk memahaminya diperlukan interaksi dengan subjek secara intensif melalui teknik wawancara dan observasi langsung.

Menyadari kompleksitas realitas sosial sebagaimana diungkap di atas, maka tidak mungkin bagi peneliti interpretif menggunakan pengukuran melalui statistik sebagai alat analisis. Tujuan akhir peneliti pun bukan menghasilkan teori baru (generating a new theory), melainkan menilai, atau mengevaluasi dan memperbaiki teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Tidak hanya itu, penelitian interpretif juga menggunakan beberapa macam teori untuk memahami realitas dunia sosial, sehingga metode interperetif juga disebut sebagai a multitheory method! (bersambung).      

________________

Malang, 7 Februari 2023

Daftar Pustaka

Borg, W. R., dan Gall, M.D. 1989. Educational Research, an Introduction. White Plains: Longman Inc. 

Creswell, John W. 1994. Research Design. Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Thousand Oaks: Sage Publications.

Faisal, Sanapiah. 1998. “Filosofi dan Akar Tradisi Penelitian Kualitatif,”  makalah disampaikan pada pelatihan penelitian oleh Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BMPTSI) Jawa Timur Surabaya, 24-27 Agustus 1998.

Hitzler, Ronald & Eberle, Thomas S. 2004. “Phenomenological Life-world Analysis,” Flick, Uwe et al, (eds.). A Companion to Qualitative Research. London: Sage Publications.

Liliweri, Alo. 2018. Paradigma Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. (second edition). London, New Delhi: Sage Publications. Pexel. Com.

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id