HUMANIORA – (4/10/2024) Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyelenggarakan webinar bertema “Sastra Arab Modern: Budaya, Pendidikan, dan Politik” yang menghadirkan dua narasumber, Dr. Ahmad Kholil, M.Fil.I., dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Dr. Muhammad Walidin, M.Hum., dari UIN Raden Fatah Palembang. Kegiatan ini tidak hanya menggugah para peserta untuk memperdalam pemahaman tentang sastra Arab, tetapi juga menyoroti peran penting sastra dalam mengkonstruksi budaya dan pendidikan di dunia Arab modern. Webinar ini dipandu oleh mahasiswa Prodi BSA, Aisyah Nur 'Aini.
Baca juga:
- Pentingnya Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter dan Konsep Kebahagiaan dalam Sastra Anak
- Segera, Prodi Sasing Gelar Pelatihan Kesehatan Mental untuk Mahasiswa
Dalam pemaparannya, Dr. Ahmad Kholil menekankan bahwa sastra Arab modern memiliki kontribusi yang signifikan dalam membentuk budaya kontemporer. Menurutnya, karya sastra bukan hanya cermin dari perubahan sosial, tetapi juga alat kritis untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang identitas, nilai-nilai budaya, dan dampak globalisasi. "Sastra modern adalah cerminan dari dinamika sosial, dan peran sastrawan dalam mengartikulasikan pengalaman hidup masyarakat Arab menjadi penting untuk memahami perubahan-perubahan yang sedang terjadi," ungkapnya.
Lebih jauh, ia menguraikan bagaimana sastra dapat berfungsi sebagai medium untuk mengekspresikan kegelisahan sosial dan mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat Arab. Dr. Ahmad menegaskan bahwa sastra bukan hanya sebuah seni, tetapi juga alat untuk mengeksplorasi dan mengkritisi kondisi sosial. Sastra, terutama dalam konteks modern, memiliki potensi untuk menggugah kesadaran kritis dalam masyarakat.
Dr. Ahmad juga mengaitkan peran pendidikan dengan sastra Arab modern, khususnya melalui pemikiran tokoh besar, Thaha Husain. Thaha Husain, yang dikenal sebagai “Bapak Pencerahan Arab,” mengedepankan pentingnya sastra dalam pendidikan untuk mendorong kebebasan berpikir dan mengatasi kebodohan serta ketidakadilan.
Mengutip pemikiran Thaha Husain, Dr. Kholil menyatakan bahwa pendidikan yang diintegrasikan dengan sastra berfungsi tidak hanya untuk mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk manusia yang kritis dan terbuka terhadap perubahan. "Thaha Husain percaya bahwa pendidikan yang memanfaatkan sastra dapat menciptakan individu yang berpikir merdeka dan berani menyuarakan kebenaran," imbuhnya.
Webinar ini menjadi ajang diskusi yang memperkaya wawasan para peserta, terutama mahasiswa, tentang bagaimana sastra modern Arab tidak hanya berfungsi sebagai refleksi budaya, tetapi juga sebagai alat perjuangan untuk keadilan sosial dan pendidikan. Dengan menggali pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Thaha Husain, Dr. Ahmad mengajak para peserta untuk memahami lebih dalam bahwa sastra dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, terutama dalam konteks memperjuangkan kemanusiaan dan hak-hak sosial.
Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, Dr. Abdul Basid, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya webinar ini. “Kegiatan ini sangat penting untuk membuka cakrawala mahasiswa tentang peran besar sastra Arab dalam membentuk pemikiran kritis dan kepedulian sosial. Sastra tidak hanya memotret kondisi masyarakat, tetapi juga menjadi alat untuk perubahan dan perjuangan menuju keadilan,” ujar Dr. Abdul Basid.
Dengan partisipasi aktif para mahasiswa dan akademisi, webinar ini memberikan dorongan bagi generasi muda untuk terus mengembangkan kemampuan analitis dan wawasan kritis mereka melalui kajian sastra, serta mendorong mereka untuk berperan lebih dalam dalam upaya perbaikan sosial melalui karya-karya sastra. [al]