HUMANIORA – (11/9/2024) Suasana penuh antusiasme menyelimuti hari kedua acara International Youth Enhance Study (I-YES) 2024. Dengan tema "Empathy to Action: Sparking Humanitarian Endeavors", para peserta dari berbagai negara hadir dalam sesi Intercultural Talk yang dipandu oleh Ribut Wahyudi, Ph.D., Ketua Program Studi Sastra Inggris Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Baca juga:
- Humaniora Beri Peserta I-YES 2024 Wawasan Bahasa dan Budaya Indonesia
- Humaniora I-YES 2024 Resmi Digelar, Hadirkan 17 Peserta Mancanegara
Sesi ini mengangkat topik yang begitu menarik dan relevan—makna sebuah nama sebagai titik awal memahami budaya. Di dalam suasana yang inklusif dan santai, peserta dari latar belakang budaya berbeda berbagi pandangan dan pengalaman terkait pemberian nama di budaya masing-masing. Diskusi tersebut berlangsung terbuka, mendorong setiap peserta untuk merasa nyaman menyampaikan pendapat dan bertukar pikiran.
Ribut Wahyudi, Ph.D. memandu diskusi dengan penuh kehangatan dan kedalaman. Ia menekankan bahwa memahami lintas budaya tidak harus dimulai dari sesuatu yang rumit. "Pemahaman lintas budaya bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti pemberian nama, yang sering dipengaruhi oleh budaya dan situasi," ujarnya. Nama, menurutnya, sering kali mencerminkan kekayaan serta keragaman latar belakang budaya dan sosial tempat seseorang dibesarkan.
Diskusi kemudian berkembang lebih jauh, membahas betapa dalamnya kebermaknaan di balik nama-nama dari berbagai budaya. Peserta diajak untuk melihat nama sebagai simbol yang tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga sebagai representasi sejarah, nilai-nilai, dan karakteristik sosial. Dalam pandangan Ribut Wahyudi, memahami makna ini dapat membuka jendela menuju pemahaman yang lebih luas tentang keberagaman budaya di dunia.
Topik ini mendapat sambutan hangat dari peserta, yang tidak hanya terlibat secara aktif, tetapi juga memperkaya diskusi dengan berbagai perspektif unik dari budaya asal mereka. Kebebasan dalam berpendapat dan kehangatan diskusi yang dibangun oleh Ribut Wahyudi, Ph.D. menciptakan suasana inklusif yang menguatkan esensi dari dialog lintas budaya ini.
Harapannya, melalui diskusi ini, para peserta tidak hanya memperluas wawasan mereka tentang perbedaan budaya, tetapi juga mengembangkan empati dan toleransi yang lebih dalam dalam menghadapi keberagaman. Pemahaman akan keunikan nama dari berbagai budaya membuka ruang untuk apresiasi yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya lainnya.
Dengan semangat berbagi pengetahuan dan pengalaman, sesi Intercultural Talk di I-YES 2024 telah berhasil menciptakan dialog yang bermakna, menjembatani perbedaan, dan memperkuat ikatan antarbudaya. Forum ini memberikan kontribusi signifikan dalam membangun pemahaman lintas budaya, serta mempromosikan harmoni di tengah keragaman global. [ni]