HUMANIORA – (01/8/2024) Program Teacher Virtual Academy (TVA) resmi dimulai (31/7) dengan mengusung tema "Current Issues in English Language Teaching: Facilitating Best Practices for Language Learning." Pelatihan ini diselenggarakan secara daring melalui platform Humanities E-Learning Oasis (HELO) dan diikuti oleh para pengajar Bahasa Inggris dari tingkat dasar hingga menengah dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga:
- Mahasiswa Humaniora Terbitkan Artikel di Jurnal Elite
- I-CAN: Cetak Generasi Wirausaha Muda Berdaya Saing Global
Episode pertama program ini menghadirkan pakar linguistik, sekaligus dosen Fakultas Humaniora, Miftahul Huda sebagai narasumber yang membawakan topik "From EFL to ELF: Implications for Teacher Education." Topik ini sangat relevan bagi para pengajar bahasa Inggris, membahas pergeseran paradigma dalam pengajaran bahasa seiring dengan perkembangan globalisasi.
Dalam kesempatan tersebut, Kandidat Ph.D. dalam Linguistik Terapan dan Sastra, Universitas Antwerp, Belgia tersebut menjelaskan bahwa dalam konteks globalisasi, memahami bahasa Inggris sebagai lingua franca (ELF) adalah kunci.
“Bahasa Inggris tidak lagi hanya dipelajari sebagai bahasa asing (English as a Foreign Language atau EFL) dengan berfokus pada norma-norma penutur asli, melainkan juga sebagai lingua franca (English as a Lingua Franca atau ELF)”, ujarnya.
Menurutnya, ELF digunakan oleh penutur non-native dari berbagai latar belakang budaya sebagai bahasa komunikasi internasional. Menurutnya, hal ini memungkinkan pegajar bahasa Inggris untu mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih inklusif dan relevan, yang membantu siswa berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi multikultural.
Lebih lanjut, Mifta menekankan bahwa pemahaman akan peran ELF memungkinkan pengajar untuk mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih inklusif dan relevan. Hal ini baginya sangat penting dalam membantu siswa menguasai keterampilan komunikasi yang efektif dalam berbagai situasi multikultural serta meningkatkan pemahaman lintas budaya.
"Memahami peran ELF berarti kita harus lebih fleksibel dan adaptif, mengutamakan kemampuan siswa untuk berkomunikasi lintas budaya, daripada menekankan keakuratan tata bahasa seperti penutur asli."
Di ahir materinya, Mifta menekankan bahwa dalam pengajaran ELF, fleksibilitas dan adaptabilitas adalah kunci. Guru harus mampu menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang budaya dan linguistik.
“Globalisasi menuntut kita untuk lebih memahami dan menghargai keragaman bahasa dan budaya. Melalui pengajaran ELF, kita dapat mempersiapkan siswa untuk berinteraksi dengan lebih baik dalam komunitas global, menghargai perbedaan, dan menjembatani kesenjangan komunikasi”, pungkasnya.
Platform HELO yang digunakan dalam program TVA dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran jarak jauh di era digital. HELO memberikan akses terbuka bagi peserta untuk mengeksplorasi berbagai disiplin ilmu humaniora. Melalui kurikulum yang beragam, program ini tidak hanya menawarkan pemahaman mendalam tentang bahasa, sastra, seni, dan budaya, tetapi juga mendorong pengembangan keterampilan kritis dan analitis. HELO berperan sebagai sumber informasi sekaligus oase pembelajaran interaktif.
Dengan adanya program Teacher Virtual Academy ini, para pengajar Bahasa Inggris diharapkan dapat terus meningkatkan kompetensi mereka, mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, dan memberikan pengajaran terbaik bagi siswa mereka. Program ini mencerminkan komitmen Fakultas Humaniora dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global dengan percaya diri dan keterampilan yang memadai. [al]