HUMANIORA – (28/3/2024) Dalam nuansa senja, awal paruh kedua Ramadan 1445 H terukir momen kebersamaan di Fakultas Humaniora. Segenap sivitas akademika Fakultas Humaniora duduk bersila, berjajar rapi di sepanjang koridor. Lirih, terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, perlahan menyebar memasuki setiap sudut ruangan lantai satu. Irama kalimah thayyibah dan untaian doa melengkapi hidmat acara. Suasana itu tak hanya sekadar acara, namun sebuah perenungan kolektif, mengenang, mensyukuri, dan mengimani wahyu Ilahi, Al-Qur’an Al-Karim, diturunkan di muka bumi, sebagai pedoman hidup yang hakiki. Sore itu, menjelang malam Nuzulul Qur’an.
Baca juga:
- Sosialisasi MOSMA, Humaniora Dorong Mahasiswa ke Dunia Internasional
- Mahasiswa Humaniora Raih Juara 2 Lomba Syiar Ramadhan Kampus UI 2024
“Sebagai pedoman yang membawa keselamatan, Al-Qur’an jelas istimewa derajatnya. Membacanya, bernilai pahala, dan termasuk amal ibadah yang utama”, begitu dituturkan Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, di hadapan warga Humaniora, sembari menunggu bedug maghrib ditabuh, tanda berbuka puasa.
Satu surat, pembuka juz 29 di-highlight-nya, Al-Mulk. Surat ke-67 dalam Al-Quran itu, diceritakan Dekan, memiliki maziyyah bagi para pembacanya. “Ia hadir sebagai penyelamat (munjiyyah) dan penghalang (mani'ah) dari siksa api neraka, kelak di hari semua amal akan ada perhitungannya”, tandasnya.
Dalam momen yang sama, Guru Besar kebanggaan Fakultas Humaniora, Prof. Wildana Wargadinata, melanjutkan mauidzoh hasanah dengan gaya khasnya, cendekia, jenaka, sesekali meriuhkan gelak tawa.
Siraman rohani telah usai, hingga seruan adzan magrib berkumandang. Warga Humaniora telah sampai pada satu batas kebahagiaan, setelah seharian berjuang, menahan diri, dari segala bentuk keinginan dan dorongan jahat yang ingin menguasai. Seteguk air, sepotong roti, menjadi saksi, akan ketaatan pada perintah Ilahi. Hamparan hidangan yang tertata rapi, mulai takjil pembuka, hingga buah-buahan beraneka warna, menunjukkan keluhuran budi, pribadi yang gemar berbagi, tulus memberi, untuk semua.
Ramadhan di senja itu, bukanlah hanya tentang menahan lapar dan dahaga, atau menyantap hidangan yang beraneka rasa, namun juga tentang pembelajaran untuk saling mendukung, saling memberi, dan saling menerima. Momen untuk mempererat ikatan sosial, membangun kembali hubungan yang sempat pudar, serta mengikat persaudaraan yang tulus. Momen ini juga diharapkan menjadi ajang kolektif, untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, meneguhkan komitmen untuk memberikan sebaik pelayanan, dalam upaya membangun bersama fakultas tercinta, Fakultas Humaniora [al]
