Akhirnya, Pekan Budaya SEMA (Senat Mahasiswa) Fakultas Humaniora dan Budaya mencapai puncaknya (3/12). Acara yang dikemas dengan nama Cultural Night ini merupakan malam penghargaan bagi pemenang lomba serta penampilan kebudayaan baik dari mahasiswa, dosen, serta mahasiswa asing yang menampilkan kebudayaan mereka.
Para pesertapun banyak yang terlarut dalam penampilan yang dilaksanakan di depan Sport Canter tersebut ketika tiga mahasiswa asal Madagaskar menarikan salah satu tarian Indonesia, Jejjer Jaran Dawuk (Banyuangi). ”Saya senang sekali bisa menari tarian yang mengangguk-angguk kepala karena tari ini tidak ada di Negara saya,” ujar Raissa Soamanjary, mahasiswa semester satu jurusan Biologi tersebut.
Acara bertambah seru ketika dua mahasiswi asal Thailand menyanyikan lagu Sam Sang Kan, baik peserta maupun undangan memberika applause yang meriah ketika mereka tampil. ”Ketika bernyanyi di sini, saya merasa tidak sendiri, karena semua peserta melambaikan tangan,” jelas Nur Afini, mahasiswi semester satu jurusan Bahasa dan Sastra Inggris ketika ditemui setelah menyanyi.
Tidak mau kalah, Moh. Fauzi mahasiswa yang juga berasal Thailand menampilkan Nasyid yang berjudul Atas Nama Cinta serta Untukmu Ibu. Menurut mahasiswa semester satu jurusan Pendidikan Agama Islam tersebut mengatakan,” ini penampilan dakwah Nasyid pertama saya di luar negeri.”
Selain itu, acara yang berlangsung dari pukul 19.00-23.00 WIB ini juga menampilkan kebudayaan Indonesia yang dibawakan oleh mahasiswa dari Fakultas Hudaya, pembagian hadiah dari beberapa kompetisi yang telah dilaksanakan, serta penampilan dari pembantu Rektor 1, Prof. H. Mudjia Rahardjo bersama sekretaris jurursan Bahasa dan Sastra Inggris, Sri Muniroch, M. Hum. ”Tidak hanya mahasiswa yang bisa tampil, tapi para dosen juga boleh mempersembahkan penampilan mereka.” Ujar Ainul Yaqin, ketua panitia Pekan Budaya 2011.
Hujan, Panitia Ketar-ketir
Sempat terjadi kekhawatiran akan batalnya acara. Pasalnya, hujan deras yang mengguyur tiga jam sebelumnya membuat tempat acara menjadi basah. Tak ayal, panitiapun kalang kabut. Setelah hujan reda, mereka harus bekerja ekstra keras menggulung terpal yang luasnya sekitar puluhan meter karena basah akibat hujan dan menggantinya dengan yang baru. Sementara para peserta sebagian ada yang sudah datang.
Akhirnya, setelah bisa mengganti tempat dengan kondisi yang sudah sedikit tidak basah, lokasi acara pun siap dipergunakan. Panitia pun beisyukur karena acara Cultural Night dapat diaksanakan tepat pada waktunya. (rif)