Untuk kali kedua, Fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) mengadakan seminar tentang kebudayaan, setelah sukses dengan Pekan Budaya yang diadakan oleh SEMA, selanjutnya giliran Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (HMJ-BSI) untuk mengadakan kegiatan tentang kebudayaan yang dikemas dalam acara “Seminar dan Workshop Cultural Studies” (10/12).
Dalam acara yang bertemakan “Culture and Representation in Daily life” ini, Drs. Sakban Rosyidi yang bertindak sebagai pemateri mengemukakan bahwa keberagaman bahasa yang ada di Indonesia merupakan sebuah budaya yang berkembang sangat cepat, sehingga banyak anak-anak kecil yang belajar dari televisi, media yang juga sangat ahli dalam bidang bahasa.
Dosen yang merupakan Supervisor the Foundation of Arema ini, menambahkan bahwa dibutuhkan pikiran kritis sebagai sarana untuk membongkar sesuatu yang ada dalam budaya. ”Salah satu sarana berfikir yang mudah adalah dengan kosa kata yang kita miliki,” jelas dosen asli Kediri tersebut.
Sebagai pendamping, Syahril Siddik membahas tentang Cross Cultural Understanding, sebuah studi tentang bagaimana memahami sebuah kebudayaan orang lain yang dikupas tuntas oleh Shahril Siddik, MA alumni jurusan BSI. Menurut mahasiswa lulusan Leyden University (Belanda) ini, sebagai mahasiswa, mempelajari budaya lain itu sangat penting, karena berguna untuk menghidari kesalah pahaman. ”Kalo di Belanda, orang-orangnya banyak yang perhitungan, jadi hati-hati saja ketika kalian sudah di sana,” jelas mahaisiswa asli Medan tersebut ketika memberikan materi.
Acara yang bertempat di Aula lantai tiga Fakultas Hudaya ini merupakan salah satu kegiatan dari HMJ BSI sebagai upaya kepedulian tentang kebahasaan. Menurut Labib, selaku ketua HMJ menyatakan bahwa tujuan acara ini untuk memberikan pemahaman mahasiswa Hudaya tentang budaya kasus Kebudayaan di Indonesia. “Dari sini kita akan bisa mengetahui perbedaan antara budaya di Indonesia dan luar.”ujarnya didampingi Moh. Ali Yafi, ketua pelaksana. (rif)