Meinarni Susilowati, M. Ed, salah satu dosen UIN Maliki Malang yang berhasil mendapatkan beasiswa BPPS Diknas untuk kuliah S3, berani melakukan penelitian pada area yang tergolong tidak populer, yaitu relasi antara bahasa dan identitas yang dilakukan di lembaganya sendiri, Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris UIN Malang.
Mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya), jika melihat ada seorang dosen yang merekam kegiatan belajar mengajar di beberapa kelas.
Ya, itu adalah Meinarni Susilowati, M.Ed, salah satu dosen jurusan BSI yang sedang melakukan penelitian untuk disertasinya. Dengan berbekal peralatan handycam serta penyangga tiga kaki dan tas yang berisi beberapa dokumen, dosen yang berstatus mahasiswa angkatan 2009 ini mempersiapkan peralatannya kemudian meletakkannya di bagian belakang kelas dan bersiap untuk merekam data penelitian yang diperlukannya.
Diawali dengan kesempatan beasiswa BPPS dari Diknas, dosen berpenampilan attractive ini akhirnya bisa melanjutkan kuliah S3nya di Universitas Negeri Malang. Hal tersebut merupakan sebuah anugrah karena BPPS notabene merupakan beasiswa bagi dosen Diknas, dan tidak banyak dosen yang berada di bawah naungan Kemenag berkesempatan menikmatinya. ”I’m so lucky getting this scholarship,” jelasnya ketika ditemui kemarin (9/5).
Dalam studinya di universitas yang dikenal sebagai The Learning University tersebut, dosen yang akrab dipanggil Bu Mei ini harus menempuh perkuliahan selama tiga semester, kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang dijalaninya hingga saat ini. ”Karena aturannya masih mengikuti kebijakan yang dahulu, jadi harus mengikuti kuliah pada tiga semester pertama,” terang dosen yang juga banyak meneliti bahasa Jawa ini.
Sejatinya Bu Mei tidak sendiri dalam studinya, ada beberapa dosen BSI yang juga menempuh S3, akan tetapi bedanya adalah Bu Mei merupakan satu-satunya mahasiswa angkatan 2009, sedangkan dosen lainnya berada dibawah satu tingkatan dengannya. ”Di UM ada Bu Like, Bu Indah, serta Bu Yayuk yang juga menempuh S3,” tambah dosen mata kuliah Speaking ini.
Untuk penyelesaian desertasinya yang berjudul Representation of Teacher Identity in English as Foreign Language (EFL) Classroom Intercations, alumni IKIP Jakarta ini menggunakan dosen BSI sebagai subjek penelitiannya. Bu Mei tertarik dengan Teacher Identity yang dimiliki dan direpresentasikan oleh setiap dosen dalam interaksi di kelas masing-masing. “Hal yang terpenting adalah ujaran yang digunakan dosen ketika mengajar,” tambah Ibu yang mempunyai hobi berkebun ini.
Akan tetapi, tidak semua kelas akan direkam Bu Mei, karena hanya kelas yang mengajar mata kuliah content saja yang akan direkam. Dosen kelahiran Metro Lampung Tengah ini menjelaskan, ”Contoh mata kuliah content di sini adalah English Drama, Research Metodology, Prose, dan lainnya.”
Dosen yang juga senang minum kopi ini mempunyai alasan khusus untuk memilih judul di atas, salah satu diantaranya karena ingin memberikan bukti empiris yang bias digunakan untuk menerapkan kebijakan pemerintah, yaitu pembentukan karakter dalam proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh semua guru di jenjang SLTA. ”Kalau di universitas, hal itu tergantung dosennya, apakah ingin memberikan porsi tertentu untuk membentuk karakter mahasiswanya atau tidak,” tutur dosen yang sudah menetap di Malang sejak tahun 1985 yang menjadi salah satu favorit mahasiswa ini.
Selain itu, alasan dosen yang ahli dalam mata kuliah Discourse Analysis ini karena tenaga pengajar yang ada di lingkungan UIN sudah mempunyai paradigma filosofis Ulul Albab sebagai representasi lain dari pembentukan karakter. “Selain ada unsur religiusnya, ulul albab tidak akan lepas dari faktor antropologi, sosiologis, psikologis, dll,” jelas dosen yang pernah menimba ilmu di Monash University Melbourne Australia ini.
Meskipun pengumpulan data dengan cara merekam terlihat begitu mudah, namun tidak semua yang direncanakan oleh Bu Mei akan berjalan mulus. Meskipun sudah meneliti selama satu semester, dosen yang juga suka memasak ini masih merasa belum mendapatkan data yang cukup. ”Kalo dalam metode penelitian ada istilah saturated (belum menemukan titik jenuh),” papar dosen yang menjadi salah satu favorit mahasiswa ini.
Untuk memperlancar penelitiannya, Bu Mei juga dibantu oleh salah satu keryawan fakultas Hudaya, yaitu Lestari Kasih seorang pegawai CRC yang menjadi field worker untuk membantu merekam data dan mentransfer data verbal menjadi transkrip data yang nantinya dianalisis lebih lanjut. ”Untuk pengolahan dan analisis data tetap harus diserahkan ke saya sebagai peneliti” tambah dosen yang juga mengajar Metodologi Penelitian ini.
Di sela-sela kesibukannya dalam meneliti, Bu Mei juga mempunyai beberapa harapan, baik bagi mahaisswanya serta para dosen Hudaya. Selain memberikan kontribusi terhadap pembentukan karakter, Bu Mei juga berharap para dosen bisa mengeksplorasi mata kuliah yang diajarkan untuk memberikan arahan untuk membentuk karakter mahasiswa. “Sebagai kebutuhan yang sangat urgent, setiap dosen diharapkan memberikan pendidikan karakter yang bisa dilakukan melalui interaksi di kelas, dengan memperhatikan aspek sosial, ataupun kultural,” jelasnnya dengan penuh inspiratif.
Untuk mahasiswanya, Bu Mei berharap hasil penelitiannya ini bisa menjadi penyemangat untuk pembentukan karakter, karena menurutnya pembentukan karakter tidaklah begitu sulit dan bisa dilakukan oleh siapa saja, ”semoga saja penelitian saya ini bisa jadi model atau alternatif untuk membangun karakter (character building) yang dilakukan di kelas,” tambah dosen tiga anak tersebut.
Selain melakukan penelitian di UIN, Bu Mei juga bermaksud akan melakukan penelitian di luar UIN, tepatnya di UM. Hal ini dilakukan untuk memberikan data empiris dan kontribusi yang lebih signifikan, kebijakan institusi dan heterogenitas latar belakang relijius memberikan kontribusi terhadap pembentukan karakter yang dilakukan para dosen melalui interaksi yang di lakukan di kelas.