(Tulisan ke-6)
Mudjia Rahardjo
Semua penelitian berangkat dari masalah. Memilih masalah penelitian bukan pekerjaan mudah. Diperlukan keseriusan, renungan mendalam dan tidak tergesa-gesa, dan waktu yang cukup agar menghasilkan masalah yang berkualitas. Jangan sampai terjadi masalah yang diangkat sebenarnya bukan masalah atau sesuatu yang bisa dipermasalahkan orang lain.
Masalah penelitian bukan sembarang masalah, melainkan suatu kondisi di mana seseorang menemukan ketidaknyamanan, keraguan, kebingungan, kesulitan, ketidakteraturan, kegalauan, ketidaksesuaian antara yang diharapkan (preskriptif) dengan yang terjadi (deskriptif) dan sebagainya yang harus segera dipecahkan. Creswell (2008:70) menjelaskan masalah penelitian sebagai “a general issue, concern, or controversy, addressed in research that narrows the topic.”
Tetapi sebenarnya apakah penelitian hanya mengangkat hal-hal yang bersifat negatif yang perlu penyelesaian? Sekaran dan Bougie (Silalahi, 2015:51) menyatakan:
“A ‘problem’ does not necessarily mean that something is seriously wrong with a current situation that needs to be rectified immediately. A problem could also indicate an interest in an issue where finding the right answers might help to improve an existing situation. Thus, it is fruitful to define a problem as any situation where a gap exits between the actual and the desired ideal states.”
Menurut Sekaran dan Bougie, penelitian tidak selalu mengangkat isu-isu yang bersifat negatif, seperti disebut di atas, tetapi juga hal-hal yang menarik perhatian karena positif. Misalnya, suatu perusahaan memiliki produktivitas tinggi di tengah situasi perekonomian sulit, sebuah lembaga pendidikan memiliki banyak prestasi walau siswanya berasal dari kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah, dan seterusnya.
Jika fenomena bersifat negatif yang diteliti, maka tujuannya untuk menemukan solusi atau membantu memperbaikinya agar tidak semakin terpuruk. Sebaliknya, jika penelitian mengangkat hal-hal bersifat positif dimaksudkan untuk membantu agar terus meningkat dan memberikan pelajaran kepada yang lain.
Mengutip Hatch & Farhady (1982) dan Suyanto (1995), M. Adnan Latief (2014: 19) menyatakan masalah penelitian adalah bagian awal yang sangat penting dan sentral dalam kegiatan penelitian. Bahkan jika sudah ditemukan pun masih bisa berganti beberapa kali hingga akhirnya ditemukan satu masalah yang final. Mengutip Tuckman, Sugiyono (2014:32) mengatakan jika seorang calon peneliti telah berhasil menemukan masalah penelitian, maka 50% pekerjaan penelitian sudah selesai.
Untuk menemukan masalah, menurut Sugiyono (2014: 48) dapat dilakukan dengan cara menganalisis masalah, yaitu dengan ‘pohon masalah’. Dengan cara ini, calon peneliti dapat mengindentifikasi banyak hal, seperti mana yang penting, mana yang dapat diteliti (researchable), mana yang dikuasai peneliti, mana yang disukai, mana yang merupakan bagian dari objek kajian ilmu yang dipelajari, mana yang yang menjadi perhatian publik, dan mana yang dapat menyumbang ilmu pengetahuan. Semua menjadi pertimbangan calon peneliti untuk akhirnya memilih satu masalah.
Secara teknis, dari mana masalah penelitian diperoleh? Seorang peneliti bisa menemukan masalah melalui beberapa cara sebagai berikut:
- Melalui pengalaman empirik dengan melihat kesenjangan antara pengalaman dan kenyataan, apa yang terjadi dengan yang seharusnya tidak terjadi, antara praktik dan teori,
- Mengamati peristiwa sosial yang terjadi sehari-hari yang ia alami atau dialami orang lain,
- Membaca penelitian terdahulu yang telah dilakukan orang lain,
- Membaca jurnal penelitian terkait, laporan penelitian, koran dan majalah ilmiah bidang ilmu yang ditekuni,
- Mengikuti kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, simposium, konferensi, dan sebagainya,
- Diskusi dengan teman-teman sejawat, seprofesi, sebidang studi,
- Melanjutkan pengalaman penelitian yang pernah dilakukan,
- Mengikuti saran pembimbing, dosen, ahli atau tutor,
- Membaca berita di media cetak, elektronik atau media sosial.
Terdapat perbedaan antara permasalahan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Jika dalam penelitian kuantitatif permasalahan yang ditulis dalam judul penelitian harus benar-benar jelas sejak dini karena akan menentukan variabel dan hipotesis, sebaliknya dalam penelitian kualitatif permasalahan masih remang-remang sehingga judul penelitian bersifat tentatif (sebaiknya disebut tema), karena itu, akan didalami. Ketika peneliti sudah terjun di lapangan mengumpulkan data tema yang telah dipilih bisa berubah karena menemukan isu yang lebih menarik atau ada data baru. (bersambung)
____________
Malang, 15 Januari 2023.