Apa Konsep Dasar Penelitian?

Mudjia Rahardjo
(Tulisan ke-4)
 

Kata ‘penelitian’ sering diasosiasikan dengan kegiatan penyelidikan dalam disiplin ilmu-ilmu alam, seperti fisika, kimia, biologi, dan sejenisnya, sehingga seolah melupakan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Padahal, banyak persoalan sosial tidak kalah menarik dan pentingnya dibanding gejala alam untuk dicari solusinya.  Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, persoalan sosial dengan berbagai dimensinya semakin kompleks dan bersifat multidimensional.    

Kata ‘penelitian’ diterjemahkan dari kata ‘research’ dalam bahasa Inggris. Kata ‘research’ terdiri atas prefiks ‘re’, yang berarti ‘kembali’, dan kata ‘search’ yang artinya ‘mencari’. Dengan demikian, research merupakan aktivitas untuk mencari sesuatu yang dilakukan berkali-kali atau berulang kali. Mengutip Whitney, Saragih (1993) mengartikan penelitian sebagai  upaya pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian itu dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Dengan demikian, selain merupakan suatu proses dan metode, penelitian diharapkan mampu mencari pemecahan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif yang prosesnya berjalan secara siklus, perumusan masalah, pencarian referensi, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan dilakukan berulang kali dan berhenti ketika peneliti yakin semua sudah benar. Yang dicari itu dalam penelitian itu apa? Yang dicari adalah kebenaran (truth) berupa ‘pola’, ‘keteraturan’.’dalil’ atau ‘rumus’ dari suatu peristiwa.  

Secara lebih rinci, Silalahi (2017:2-3) menjelaskan bahwa kata  ‘research’ berasal dari dua suku kata ‘re’ dan ‘search’. ‘Re’ adalah sebuah prefiks yang bermakna melakukan kembali dan kata ‘search’ yang bermakna menjelaskan secara terbuka dan secara berhati-hati, menguji dan mencoba, atau memeriksa. Secara bersama ‘re’ dan ‘search’ membentuk sebuah kata benda ‘research’ dan kata kerja ‘to research’ yang menggambarkan satu studi dan investigasi yang berhati-hati dan sistematik dan mendalam dalam bidang ilmu pengetahuan dengan berusaha menggali fakta. Pada kenyataannya makna yang terkandung dalam kata ‘research’ jauh lebih luas dari definisinya secara semantik. 

Dalam praktiknya kegiatan penelitian memerlukan pengetahuan filosofis untuk menentukan paradigma dan metode penelitian, kepekaan teoretik untuk memahami objek yang menjadi kajiannya, ketrampilan teknis untuk mengumpulkan data, dan logika untuk menganalis dan merumuskan hasil. Keempatnya wajib  dimiliki seorang peneliti jika ingin menghasilkan penelitian berkualitas. Tanpa wawasan filosofis yang mendasari, seorang peneliti tidak akan menghasilkan temuan yang berkualitas mengenai hakikat objek yang dikaji. Mungkin pekerjaan selesai, tetapi hasilnya tidak akan berbobot secara akademik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.     

Menurut Liliweri (2018:82) kata ‘research’ dipergunakan pertama kali pada tahun 1577 dan dalam perjalanan panjang hingga hari ini memeroleh definisi sangat beragam. Di Indonesia kata ‘reseacrh’ diterjemahkan secara beragam, seperti ‘riset’, ‘penelitian’, ‘penyelidikan’, ‘studi’, ‘telaah’, dan ‘kajian’ dengan makna masing-masing  yang sedikit bergeser. Biasanya istilah riset (research) lebih banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan penelitian di ilmu-ilmu alam, sedangkan ilmu-ilmu sosial dan humaniora lebih memilih istilah studi (study). Misalnya, studi bahasa, studi sastra atau kajian sastra, studi agama, studi filsafat, studi wanita, kajian folklor, dan sebagainya.

Secara substantif makna ‘research’ agak berbeda dengan ‘study’, kendati sering digunakan bergantian. Hornby (1994:1073) mendefinisikan ‘research’ sebagai “careful study or investigation, especially in order to discover new facts or informations.” Sedangkan ‘study’ didefinisikan sebagai “process of getting knowledge of a subject.” Research menghasilkan sains, sedangkan study menghasilkan khasanah pengetahuan (knowledge).     

 Melalui penelitian akan diperoleh pengetahuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Wuisman (2021: xiii),  ilmu pengetahuan (sains) berasal dari pengetahuan. Melalui epistemologi dan metode tertentu pengetahuan menjelma menjadi ilmu pengetahuan (sains). Pengetahuan sehari-hari bahkan bisa menjadi pengetahun ilmiah atau ilmu pengetahuan melalui metodologi yang tepat. Pengetahun adalah hasil interaksi antara manusia (subjek) dengan benda (objek). Interaksi itu menghasilkan dua pandangan, dan tidak pernah ada ujungnya. Yang bersumber pada subjek mengatakan bahwa pengetahuan itu berasal dari alam pikiran manusia, sedangkan yang berumber pada objek mengatakan bahwa pengetahuan itu ada di alam semesta. Karena itu, menurut Herry-Priyono (2022:2), dapat disimpulkan, letak perbedaan antara ‘pengetahuan sehari-hari’ dan ‘ilmu pengetahuan sosial’ bukan pada isi, melainkan pada prosedur bagaimana pengetahuan diperoleh. Dengan kata lain, adalah metodologi yang menentukan suatu pengetahuan ilmiah atau tidak, bukan susbtansi pengetahuannya.     

Secara akademik, penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahun. Sebagaimana dinyatakan Popper (1959) ilmu berkembang bukan karena semakin banyak pengetahuan, tetapi karena semakin sedikit kesalahan. Tidak ada gunanya banyak pengetahuan tetapi campur-aduk antara yang benar dengan yang salah. Ilmu maju karena ada yang mengajukan teori, tetapi juga ada yang menguji teori. Teori gagal dalam pengujian akan gugur, teori lulus pengujian akan dipertahankan sampai ada pengujian yang lebih ketat. Begitu seterusnya proses penelitian berlangsung sehingga ilmu pengetahuan berkembang.

Dalam tataran praktis, penelitian yang dilakukan secara benar akan menghasilkan temuan yang berguna bagi masyarakat. Misalnya, baru-baru ini seorang ahli teknologi pangan dari Universitas Nusa Cendana Kupang  dapat memanfaatkan buah lontar yang tumbuh subur secara alami di 22 kabupaten dan kota Nusa Tenggara Timur untuk dijadikan bahan baku aneka makanan seperti dodol, selai, stik, kerupuk, kue, roti, dan sirup setelah melakukan penelitian selama 24 tahun (Kompas (4/11/2022). Padahal selama ini  buah lontar diabaikan. 

Ahli pangan lain dari Institut Pertanian Bogor (IPB) juga telah berhasil memanfaatkan buah nipah tua yang ternyata menyimpan manfaat kesehatan. Pohon nipah tumbuh subur dan melimpah di pesisir pantai. Buah nipah yang telah diolah menjadi tepung ternyata dapat membantu menurunkan kolestrol dan melancarkan pencernaan. Penemuan ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di pesisir (Kompas, 21/11/2022).      

Peneliti bahasa telah berhasil mengindentifikasi jumlah bahasa daerah di Indonesia yang masih hidup, sedang terancam mati  karena penuturnya tinggal sedikit, dan bahkan ada yang telah mati karena tidak ada penuturnya. Badan dunia PBB UNESCO menyatakan bahwa bahasa yang memiliki jumlah penutur kurang dari seribu orang memiliki potensi kepunahan yang sangat tinggi. Bahasa dengan kondisi penutur seperti itu dikategorikan ke dalam bahasa yang terancam punah. Masih banyak lagi hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan berbagai disiplin ilmu  yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.   

Terkait penggunaan bahasa lisan kontemporer, peminat bidang sosiolinguistik bisa mengkaji lebih lanjut penggunaan istilah-istilah asing seperti “Basic banget, ya”, “jujurly, saya lupa”, “Boring banget tadi”, “lebih better, itu sih”, “This way mister….terus ke sini”, dan masih banyak yang lain. Di saat ada perhelatan akbar G20 di Bali, kalimat “Soalnya tergantung resources” begitu mudah meluncur dari seorang komentator. Sebagian contoh penyelipan kata Inggris tersebut menunjukkan penutur bahasa Indonesia sudah kehilangan karaker. Padahal padanan kata dalam bahasa Indonesia sudah tersedia. Pasca-Reformasi seolah tidak ada lagi panutan atau kiblat orang berbahasa yang baik dan benar (Pabottingi, 2022). Peneliti bahasa bisa mengajukan pertanyaan deskriptif “Pergeseran budaya apa yang tengah terjadi pada penutur bahasa Indonesia semacam itu?”     

Penelitian tidak hanya dibutuhkan oleh mahasiswa, dosen dan peneliti terkait dengan tugas-tugas akademik mereka, tetapi juga para birokrat pemerintah, para profesional yang bekerja di rumah sakit, perusahaan, laboratorium, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pelayanan sosial, dan sebagainya sebagai bahan pengambilan keputusan. Mereka memerlukan informasi akurat sehingga keputusan yang dibuat tidak salah. Dengan prosedur yang benar, data yang sahih dan analisis yang tepat, penelitian akan menghasilkan temuan berkualitas yang bermanfaat bagi masyarakat!  (bersambung).  

____________

Malang, 2, Januari 2023.

Daftar Pustaka

Herry-Priyono, B. 2022. Ilmu Sosial Dasar: Asal-usul, Metode, Teori, plus Dialog dengan Filsafat & Teologi. Jakarta: Penerbit Kompas. 

Hornby, A.S. 1990. Oxford Advanced Leaner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press. 

Kompas, 4 November 2022.

Kompas, 21 November 2022.

Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komuniksi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS.

Pabottingi, Mochtar. 2022. “Berbahasa Tanpa Karakter,” Kompas, 30 November 2022.

Saragih, Bungaran. 1993. Penelitian Sosial Ekonomi: Pengembangan Ilmu dan

Pembangunan Nasional. Makalah disampaikan pada Penataran Dosen-dosen Perguruan Tinggi Swasta, Materi: Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Cisarua Bogor, 3-9 Oktober 1993 dan 28 November-4 Desember 1993.     

Silalahi, Ulber. 2017. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT Refika Aditama.

Wuisman, Jan J. J. M. 2021. Penelitian Ilmu Sosial. Meneladani Pendekatan Sistemis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.   

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id