HUMANIORA – (11/12/2024) Perjalanan hidup usai menyelesaikan studi di perguruan tinggi adalah fase penuh tantangan dan peluang. Dalam momen yudisium Fakultas Humaniora yang dilaksanakan pada Rabu, 5 Desember 2024 di Home Teater, Evynurul Laily Zen, S.S., M.A., Ph.D. membagikan pengalaman suksesnya usai lulus dari Program Studi Sastra Inggris Fakultas Humaniora. Menurutnya, jika seseorang ingin sukses maka penting baginya untuk memiliki daya resiliensi dan adaptasi. Ini adalah dua kunci utama untuk meraih kesuksesan di dunia pasca-kampus. Kedua kata ini, menurutnya, adalah fondasi untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks dan dinamis.
Baca juga:
- Berkelas Dunia, QS WUR Tetapkan UIN Malang Duduki Peringkat 169 Asia Tenggara dan 901+ Asia
- Kepiawaian Mahasiswa Humaniora Lantunkan Nada Berbuah Medali Emas
Evynurul Laily Zen adalah alumni Program Studi Sastra Inggris Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim yang lulus tahun 2007. Usai menyabet gelar sarjana sastra, ia lantas melanjutkan ke jenjang magister di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahun 2010 meraih gelar Master of Arts di bidang Linguistik. Kemudian, pada tahun 2021, ia menyelesaikan studi doktoral (Ph.D) di bidang English Language and Linguistics di National University of Singapore.
Di hadapan para peserta yudisium Fakultas Humaniora, Evynurul Laily Zen tampil dengan penuh meyakinkan. Ia membawa pesan penting yang tak hanya memotivasi, tetapi juga memberikan arahan konkret bagi para alumni yang sebentar lagi akan menapaki dunia pasca-kampus. Dalam pidatonya, Dr. Evi menyampaikan bahwa kunci sukses di luar dunia akademik terletak pada dua hal utama: resiliensi dan adaptasi.
Resiliensi, sebagaimana dijelaskan oleh Evynurul Laily Zen, adalah kemampuan untuk tetap bangkit di tengah berbagai rintangan. Beliau menceritakan bahwa kehidupan setelah kampus sering kali menghadirkan situasi yang tidak terduga, mulai dari kesulitan mencari pekerjaan hingga tekanan untuk memenuhi ekspektasi lingkungan. Namun, mereka yang memiliki resiliensi mampu melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh. Evynurul Laily Zen mengingatkan bahwa resiliensi tidak muncul begitu saja, melainkan harus dilatih melalui pengalaman-pengalaman yang menguji ketahanan mental dan emosional.
Selain itu, adaptasi menjadi kata kunci kedua yang ditekankan oleh Evynurul Laily Zen Beliau menjelaskan bahwa dunia kerja dan kehidupan sosial adalah medan yang terus berubah, menuntut individu untuk terus bertransformasi sesuai dengan situasi yang dihadapi. Adaptasi, katanya, bukan hanya tentang menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi, tetapi juga tentang kemampuan memahami kebutuhan orang lain, bekerja dalam tim, dan merespons dinamika lingkungan secara bijak. Alumni yang adaptif, menurut Evynurul Laily Zen, adalah mereka yang mampu memanfaatkan perubahan sebagai alat untuk berkembang.
Evynurul Laily Zen juga menghubungkan resiliensi dan adaptasi dengan proses pembelajaran yang sudah ditempuh oleh para peserta yudisium. Beliau menegaskan bahwa pendidikan tinggi bukan sekadar tempat untuk mengumpulkan pengetahuan, tetapi juga wadah untuk membangun mentalitas tangguh dan fleksibel. “Apa yang kalian pelajari di sini adalah modal awal. Tantangan di luar sana akan mengasah kalian lebih lanjut,” ujar beliau, memberikan semangat kepada para calon alumni.
Dalam uraian yang penuh inspirasi, Evynurul Laily Zen membagikan cerita pribadi tentang bagaimana beliau sendiri pernah menghadapi kesulitan besar saat memulai karir. Namun, dengan mengandalkan resiliensi dan adaptasi, beliau berhasil mengubah hambatan menjadi peluang. “Jangan pernah takut gagal,” katanya. “Karena dari kegagalan, kalian akan belajar bagaimana menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana.”
Beliau menutup paparannya dengan sebuah pesan mendalam kepada para peserta yudisium. “Ingatlah, resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, sementara adaptasi adalah kemampuan untuk berkembang. Gabungkan keduanya, dan kalian akan menemukan jalan menuju sukses, apa pun bidang yang kalian pilih,” ujar Dr. Evi dengan senyuman penuh keyakinan. Para peserta yudisium pun memberikan tepuk tangan meriah, menandakan bahwa pesan beliau telah meninggalkan kesan yang kuat di hati mereka.
Setelah acara selesai, para peserta tampak bersemangat berbagi pemikiran dan rencana mereka untuk masa depan. Kata-kata Dr. Evi seolah menjadi bahan bakar yang menyala di benak mereka, mengingatkan bahwa meskipun perjalanan di dunia nyata penuh tantangan, mereka memiliki dua senjata andalan: resiliensi dan adaptasi. Sungguh, sebuah pelajaran berharga yang akan menemani langkah-langkah mereka menuju kesuksesan.
Saat ini, Evynurul Laily Zen menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni di Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Sebuah jabatan yang membidangi pengembangan program akademik, pembinaan mahasiswa, serta penguatan jaringan alumni di tingkat fakultas.