PARIS (19/11/2024) Menjejakkan kaki di tanah Prancis, dua mahasiswa Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Khoirotun Nisak dan Ummu Kultsum Naviza, disambut dengan kehangatan serta dinamika kehidupan di Negeri Eiffel. Kesan pertama yang mereka dapatkan adalah efisiensi dan ketertiban masyarakat Eropa, yang terlihat dari gerak cepat dan teraturnya orang-orang Prancis mengarahkan troli mereka di tengah hiruk-pikuk bandara Charles De Gaulle. Ritme kehidupan yang serba cepat ini memberikan kesan awal akan budaya disiplin dan keteraturan, sembari menawarkan keramahan hangat dari masyarakat setempat, menciptakan harmoni di tengah gemerlapnya Paris.
Baca juga:
- Ragam Budaya dalam Kirab dan Expo Tradisional Meriahkan Festival Budaya 2024
- Mahasiswa Humaniora Raih Perunggu dalam Islamic Festival Competition
Usai dari bandara, bersama 27 mahasiswa UIN Malang lainnya, mereka diajak mengikuti city orientation untuk memperkenalkan sejumlah ikon sejarah Paris. Perjalanan orientasi dimulai dengan pandangan pertama pada Menara Eiffel yang megah, diikuti kunjungan ke Arc de Triomphe, monumen kebanggaan Prancis. Tak hanya menyaksikan keindahan arsitektur, mereka juga larut dalam aura sejarah yang menyelimuti tempat-tempat tersebut.
Salah satu pengalaman yang membekas bagi Nisak adalah ketika mereka tiba di Gran Mezquita de París, masjid besar yang berdiri di tengah hiruk pikuk ibu kota Prancis. Di sini, mereka menunaikan ibadah Ashar, meskipun sebagian dari mereka hanya ikut menyaksikan dan merasakan suasana hangat di tempat ibadah tersebut. Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Semester 7 menuturkan, “Saya merasa umat Muslim adalah keluarga, meskipun kami berasal dari tempat yang jauh, namun di masjid ini, setiap orang saling mengucap salam dan menebar senyum kepada sesama muslim lainnya.”
Pengalaman ini terasa lebih istimewa saat mereka berkesempatan berbincang dengan mahasiswa Muslim lokal yang ramah dan hangat dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang masjid ini. Dengan bangga mereka menceritakan bahwa Gran Mezquita de París selalu terbuka 24 jam untuk jamaah. Bagi dua mahasiswa Fakultas Humaniora ini, kehangatan yang mereka rasakan di Paris memberikan gambaran harmoni dan toleransi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Muslim di Prancis.
Di kota yang penuh dengan sejarah ini, mereka tidak hanya belajar mengenai keindahan budaya, tetapi juga merasakan hangatnya persaudaraan yang melampaui batas negara dan bahasa. [al]