DEMA Humaniora Gelar Safari Budaya di Situs Patirtaan Ngawonggo: Gali Nilai Budaya Lokal dan Pelestariannya

HUMANIORA – (23/9/2024). Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Humaniora, melalui Departemen Seni dan Budaya, telah menyelenggarakan acara Safari Budaya yang bertempat di Situs Patirtaan Ngawonggo, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Sabtu, 21 September 2024. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Malang Raya. Acara ini turut juga dihadiri Laboratorium Pembinaan Mahasiswa dan Alumni (LPMA) Fakultas Humaniora, yang diwakili Tamim Mulloh, M.Pd.

 

Kegiatan Safari Budaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para peserta terhadap pentingnya memahami dan melestarikan kebudayaan serta kesenian lokal. Di era globalisasi yang semakin mendominasi, pengaruh budaya luar cenderung mengaburkan budaya lokal. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan menjadi sarana bagi para mahasiswa dan masyarakat umum untuk merenungi, menghargai, dan menjaga warisan budaya yang ada.

 Di hadapan para mahasiswa, Tamim Mulloh, M.Pd. dalam kesempatan tersebut menekankan bahwa sebagai generasi muda, sudah seharusnya mahasiswa dapat mengambil peran aktif dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal.

 “Kita harus bangga dengan budaya kita sendiri. Kebudayaan kita memiliki nilai unik yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat luas,” ujarnya.

 Ia juga menyoroti fenomena di kalangan generasi Z, yang lebih sering mengagumi budaya asing, seperti Korea dan Jepang, ketimbang budaya tanah air mereka sendiri.

 "Generasi muda tergila-gila dengan budaya luar, sampai-sampai lebih ingin menjadi bagian dari sana ketimbang mengapresiasi budaya kita sendiri," tambahnya.

 Safari Budaya ini juga memberikan wawasan mengenai pentingnya hubungan manusia dengan alam, sesama manusia, dan dimensi spiritual. Peserta diajak untuk memahami filosofi Jawa yang menekankan harmoni dengan alam sebagai bentuk rasa terima kasih atas segala manfaat yang diberikan oleh alam. Tamim juga menjelaskan bahwa kesopanan dan adab antar sesama manusia, termasuk hubungan manusia dengan yang gaib, merupakan bagian dari ajaran budaya yang patut dipelihara dalam kehidupan sehari-hari.

 Lebih lanjut, Tamim Mulloh juga menggarisbawahi bahwa kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.

“Budaya dulu memang baik, tetapi jika ada budaya yang lebih baik dan memberikan manfaat lebih banyak, kita bisa mengambilnya,” jelasnya.

Ia memberi contoh tentang perubahan gaya hidup, seperti preferensi masyarakat yang kini lebih memilih tempat ber-AC ketimbang gubuk yang panas, atau penggunaan motor sebagai pengganti dokar. Menurutnya, perubahan ini menunjukkan bahwa budaya juga bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi penting untuk memilah budaya mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.

 Acara Safari Budaya ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para peserta tentang kekayaan budaya lokal Jawa serta bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan modern. Fakultas Humaniora juga berharap bahwa kegiatan ini mampu mendorong civitas akademika untuk lebih peduli terhadap pelestarian budaya lokal dan menjadikannya sebagai bagian penting dari identitas bangsa.

 Dengan berlangsungnya acara ini, DEMA Fakultas Humaniora mengajak seluruh keluarga besar Humaniora dan masyarakat umum untuk terus berperan aktif dalam menjaga kekayaan budaya lokal yang tak ternilai. [al]

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id