Ika Ayu Prispita Sari adalah satu-satunnya mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang sukses meraih juara dalam even Duta Bahasa se-Jawa Timur tahun 2011.
Memberikan yang terbaik untuk fakultas adalah tujuan utama para kandidat duta bahasa UIN Maliki Malang ketika dalam perjalanan menuju lomba yang diikuti oleh 48 pasangan tersebut.
Kandidat yang teridiri dari empat orang ini telah berhasil mengikuti seleksi yang dilaksanakan oleh Fakultas Humaniora dan Budaya satu bulan sebelumnya. Mereka berempat telah sukses menyisihkan 50 mahasiswa lainnya. Seleksi (13/8) yang diketuai oleh bapak Miftahul Huda, salah satu dosen Fakultas Humaniora dan Budaya ini terdiri dari beberapa tes, khususnya tentang kebudayaan dan bahasa Indonesia, karena menurut dosen yang mengajar speaking ini, materi utama untuk duta bahasa kali ini adalah tentang Indonesia.
Setelah mereka diterima menjadi kandidat duta bahasa utusan dari Fakultas Humaniora dan Budaya, mereka berempat yang terdiri dari dua mahasiswa dan dua mahasiswi yang masing-masing adalah Irham (semester 7), Ika Ayu Prispitasari (Semester 7), Fendi Yugo Sarjono (semester 5), dan Anadifatul Churry Illiyin (semester 5) melakukan persiapan untuk menghadapi seleksi duta bahasa yang dilaksanakan di Balai Bahasa Surabaya (14/9).
Satu bulan berlalu, setelah dirasa cukup berlatih, mereka langsung berangkat dari kampus UIN Maliki Malang. Rombongan yang berangkat pada pukul 06.30 WIB ini akhirnya tiba ditempat tujuan pukul 08.30 WIB. Di kota pahlawan tersebut, kandidat yang terdiri dari dua pasang, Irham bersama Ana dan Yugo bersama Ika itu, langsung mengikuti tes yang disediakan oleh panitia. Tes pertama adalah UKBI (Ujian Kemampuan Bahasa Indonesia). Tes tulis yang dilaksanakan pukul 09.30 WIB ini berbentuk seperti TOEFL. Akan tetapi, bedanya hanyalah tes ini berbahasa Indonesia.
“Kami kira, tes tulis yang diberikan adalah tes berbahasa Inggris dan kebudayaan Indonesia, tapi ternyata semua tes yang disajikan berupa bahasa Indonesia serta tidak lupa pula kebudayaan Indonesia, “ ujar Ika ketika ditemui saat wawancara.
Akhirnya, tes yang berakhir pada pukul 14.00 WIB ini diumumkan oleh panitia. Hasilnya, gadis yang mempunyai hobby jogging ini berhak dan mendapatkan kesempatan untuk maju ke babak selanjutnya dengan menyisihkan 14 pasang kandidat lainnya. “Sebenarnya saya berharap para yunior yang bisa melanjutkan ke babak selanjutnya, tapi Alhamdulillah, masih ada utusan dari kampus kita yang bisa melanjutkan ke babak selanjutnya dan saya masih dipercaya oleh panitia untuk maju ke tes tahap selanjutnya,” tutur mahasiswi yang mengambil konsentrasi linguistik tersebut.
Untuk tes tahap kedua adalah wawancara, 10 pasangan yang telah berhasil lolos harus berhadapan dengan tiga juri yang akan menguji mereka. Juri pertama, menguji tentang wawasan bahasa Indonesia. Selanjutnya, untuk juri kedua memberikan ujian tentang wawasan bahasa Indonesia, kemudian juri terakhir mengetes kemampuan bahasa asing para peserta, dalam hal ini mahasiswi kelahiran 21 Maret 1987 tersebut memilih bahasa Inggris sebagai bahasa pilihannya.“ Pada saat tes, kita tidak ditanya hal-hal yang berhubungan dengan 5W+1H, tapi di sini kita harus bercerita dengan bahsa Indonesia, kemudian para juri langsung menilai dengan menganalisis EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang digunakan oleh setiap peserta ketika bercerita,“ ujar mahasiswi kelahiran Batu, Malang ini.
Waktu terus berlalu, tidak terasa jam sudah menunjukan menunjukan pukul 17.00 WIB, 10 pasangan peserta yang telah melalui sesi wawancara telah bersiap untuk tes terakhir, yaitu mempresentasikan pengetahuan bahasa Indonesia mereka di depan para juri. Setiap peserta harus mengambil kocokan kertas dari panitia, kemudian mempresentasikannya di depan para juri. Ika yang berada diperingkat kelima berharap bisa menjadi juara karena dia tidak ingin mengecewakan fakultas yang telah percaya kepadanya.”Seandainya Allah memilih saya untuk menjadi juara, saya tidak ingin menjadi juara pertama, tapi saya lebih memilih untuk menjadi juara dua,” tutur mahasiswi yang berprofesi sebagai tutor di British Five International Malang tersebut
Tidak terasa, jam menunjukan pukul 20.00 WIB dan semua calon duta bahasa telah selesai menghadapi tes terakhirnya yang juga di tes oleh tiga juri. Lima menit kemudian, panitia telah bersiap untuk mengumumkan para pemenang. Alhasil, gadis berwajah riang ini sempat kaget ketika namanya disebutkan diurutan kedua, Ika berhasil menjadi runner-up berpasangan dengan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), sedangkan ditempat teratas, diraih oleh mahasiswa dari UM dan UNEJ (Universitas Negeri Jember). ”Alhamdulillah, Allah memberikan yang terbaik untuk saya, mungkin menjadi juara kedua adalah sebuah karunia bagi saya, karena saya juga tidak mengharapkan menjadi yang pertama,” kenangnya.
Mahasiswi yang sehari-harinya mengajar ngaji di rumahnya ini tidak ingin menjadi juara pertama karena menurutnya, ketika kita menjadi juara, kita akan dikarantina selama dua minggu di Jakarta untuk persiapan duta bahasa tingkat nasional. ”Saya khan sekarang semester tujuh, otomatis banyak tugas yang harus dikerjakan. Seandainya saya menjadi juara, banayk mata kuliah yang akan saya lewatkan, eman khan? Tapi, meskipun menjadi juara dua, saya juga harus tetap siap keika dari pihak bahasa membutuhkan saya,” tegasnya.
Keberhasilan Ika meraih juara tidak luput dari dukungan dari orang-orang di sekitarnya, dia mengaku banyak orang yang mensupportnya ketika dia terpilih menjadi kandidat duta bahasa se-Jawa Timur. ”Selain teman-teman yang mendukung, kedua orang tua saya juga memberikan doa demi kesuksesan saya” tukasnya.
Menurut Ika, menjadi juara dalam duta bahasa akan sia-sia seandainya tidak bisa dilanjutkan oleh mahasiswa lainnya. Sebagai tauladan, ika mempunyai harapan besar agar supaya prestasi yang diraihnya sekarang bisa diteruskan oleh para yunior. ”Keberhasilan ini saya persembahkan untuk, pertama kepada orang tua saya yang selalu mengiringiku dengan doa. Kedua adalah, untuk fakultas, serta kepada teman-teman khususnya mahasiswa Fakultas Humaniora dan Budaya, agar supaya mereka bisa termotivasi untuk menjadi duta bahasa selanjutnya,” ungkap mahasiswi yang suka mengajar ini.