Disela-sela kesibukan Fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) yang sedang mengadakan Pelatihan Pengembangan Karir dan Profesi, ternyata fakultas yang mempunyai tiga jurusan ini juga tengah melaksanakan seminar sastra nasional (12/11). Seminar yang dilaksanakan secara bersamaan di dalam ruang yang berbeda tesebut berlangsung meriah, hal itu bisa dilihat dari jumlah peserta yang lebih dari 100 orang serta keantusiasan peserta ketika mengikuti acara.
Salah satu alasan kemeriahan peserta dalam seminar yang bertemakan “Sastra Kontekstual: Relasi Sastra Dengan Persoalan Sosial dan Keindonesiaan” ini adalah kontribusi panitia yang diketuai oleh Dr. H. Zeid B. Smeer, Lc., M.A. yang telah mendatangkan pakar sastra dari Jakarta yaitu, Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. salah satu dosen sastra di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, sebagai pembanding Dr. H. Akhmad Muzakki, M.A. salah satu dosen sastra Arab di Fakultas Humaniora dan Budaya. “Sejatinya, persiapan seminar ini sudah lama dan akhirnya sekarang sudah terealisasi yang tidak lain tujuannya adalah sebagai kemajuan sastra, khususnya bagi fakultas adab, Humaniora dan Budaya,” ujar Drs. KH. Chamzawi, M.Hi. dekan Fakultas Humaniora dan Budaya ketika membuka seminar tersebut.
Selain itu, seminar nasional yang bertempat di Home Theathre ini dihadiri oleh beberapa petinggi fakultas seperti dekan, pembantu dekan II, serta beberapa staff jurusan dan para dosen dosen. Menurut Zun Nur Aini salah satu peserta, mengaku sangat senang dan bisa menikmati semua materi yang disampaikan. “Seminarnya menarik banget pokonya, selain belajar tentang sastra, kita di sini juga bisa membangkitkan kita untuk berinspirasi,” tutur mahasiswi Bahasa dan Sastra Inggris semester lima ini.
Setelah seminar dimulai pukul 08.00 WIB tersebut dibuka, Bapak Syukron Kamil langsung menyampaikan materi tentang beberapa problematika studi bahasa dan sastra Arab di Perguruan Tinggi di Indonesia. Menurut dosen kelahiran Bogor ini, hal yang terjadi sekarang adalah masalah bahasa dan sastra Arab yang bersifat monodisipliner dan terjadi sekarang adalah sedikitnya mahasiswa yang mampu membaca teks arab, serta nahwu yang masih dianggap sulit”. Penggambaran masalah tersebut bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pengaplikasian studi bahasa dan sastra Arab kontekstual.“ terangnya.
Berdasarkan makalah yang ditulis oleh dosen yang juga berprofesi sebagai Litbang di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta ini, bahwa adanya beberapa teori terkait bagaimana sastra dapat diaplikasikan pada problematika yang ada, dimaksudkan untuk mempermudah dan menyederhanakan teori tersebut, tidak terlalu filosofis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh mahasiswa. “Semisal nahwu, semestinya nahwu dibuat lebih sederhana dan tidak terlalu filosofis sehingga mudah dipahami” jelas dosen yang mempunyai motto “lebih baik bermimpi tinggi tapi tidak terealisasi daripada bermimpi rendah tapi terealisasi” tersebut.
Berbeda dengan Bapak Akhmad Muzakki, dosen yang menjadi ketua jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini lebih menekankan kepada alumni sastra untuk mampu menjadi lulusan yang bisa mengubah dunia tidak hanya menjadi guru, dosen ataupun modin. “Kebenaran imajinatif sastra perlu diangkat dalam kehidupan sosial agar sastra benar-benar teraktualisasikan, ” ujar dosen asal kelahiran Bangkalan ini.
Tidak hanya itu, dosen yang menjadi salah satu pengasuh di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly ini, menjelaskan bahwa dengan cerdas membaca, akan membuka peluang untuk bisa mengaplikasikan sastra pada kehidupan sosial dan budaya, yang akan mengantarkannya ke masa depan yang lebih mapan. “Kebenaran imajinatifpun penting dalam kehidupan sosial, karena dengan begitu sastra telah teraplikasikan,” terangnya ketika menyampaikan materi.
Seminar yang dimoderatori oleh M. Faisol, M.Ag ini juga cukup menggugah hati peserta untuk bertanya. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya pertanyaan seperti yang telah disampaikan oleh Dewi Nurhayati, mahasiswi semester 1 jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang mengajukan 2 pertanyaan, serta Arif Rahman Hakim, calon mahasiswa S3 juga sempat untuk mengajukan pertanyaan kepada para penyaji terkait pengalaman penyaji. ”Meskipun tidak bertanya tentang materi, paling tidak khan, pemateri bisa sharing kepada kita tentang kesuksesannya,” ujar salah satu dosen di Fakultas Humaniora dan Budaya tersebut.
Seminar yang bertempat di Home Theatre ini juga menampilkan teater SAE, salah satu teater yang dinaungi oleh Fakultas Hudaya. Menurut Faisol, dengan adanya penampilan teater ini, para peserta bisa merelaksasikan pikiran sejenak untuk merenungi akan pentingnya sastra dalam pengaplikasiannya pada budaya. “Hidup dengan materi oke saja, tetapi hidup tanpa sosial dan refreshing, kita bisa boring,” jelas dosen yang juga menjabat sebagai sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Arab tersebut ketika menutup seminar. (fza)