Belajar memang tidak mengenal usia, mungkin ungkapan itulah yang cocok bagi jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) ketika mengadakan Monthly Discussion yang diikuti oleh beberapa mahasiswa dan dosen BSI. Dalam kegiatan yang dipresentasikan oleh H. Djoko Susanto, M.Ed., Ph.D itu, para dosen dan mahasiswa mendapatkan materi tentang penggunaan code switching dalam bahasa Jawa.
Presentasi yang merupakan salah satu hasil disertasi Djoko Susanto tersebut membahas tentang Paragmatic Meanings of Iyo Toh and Enggih Toh in Code Switcing, sebuah studi tentang penggunaan bahasa Inggris dalam konteks bahasa Jawa. Menururt dosen Sociolinguistics ini, kebanyakan masyarakat Jawa masih tidak sadar ketika menggunakan code switching dalam percakapan. ”Kadang, mereka juga tidak tahu meaning dari percakapan mereka,” jelas Djoko, ketika memberikan materi.
Sehingga, permasalahan tersebut membuat dosen yang juga mengajar School of Linguistics ini tergerak untuk meneliti code switching yang biasa digunakan oleh orang Jawa, khususnya pada kata "iyo toh" dan "inggih toh". Menurutnya, penggunaan code switching adalah hal yang wajar dan tidak salah, sehingga perbedaan tersebutlah yang bisa diteliti. ”Show the differences kalau kalian ingin meneliti tentang code switching,” terangnya kepada audiens yang kebanyakan dari mahasiswa konsentrasi linguistic tersebut.
Banyak alasan mengapa masyarakat menggunakan code switching dalam percakapan mereka, khususnya dalam konteks pembicaraan mereka ketika saling berinteraksi menggunakan kata "iyo toh" dan "inggih toh". Adapun alasan mereka ketika berbicara menggunakan code switching adalah, menekankan pernyataan, saran, persetujuan, serta pendukung kegiatan.”Alasan utama masyarakat menggunakan code switching adalah untuk menghidari rasa tersinggung terhadap lawan bicara,” papar dosen yang menyelesaikan S2 dan S3 di Autralia ini. (rif)