Untuk kesekian kalinya, fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) menjadi objek kunjungan beberapa lembaga pendidikan (11/6). Fakultas tiga jurusan ini dipercaya sebagai salah satu fakultas yang mumpuni dalam bidang bahasa, baik Arab ataupun Inggris. Hal tersebutlah yang membuat santri Ma’had Baitul Arqom dan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung tersebut memilih fakultas Hudaya sebagai objek untuk studi banding dan silaturrahim.
Selain untuk silaturrahim, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Sunan Gunung Jati Bandung tersebut juga saling bertukar ilmu, khususnya tentang program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dari kedua universitas Islam tersebut. Untuk itu, Ningrum Wulandari selaku ketua HMJ menjelaskan bahwasanya untuk memperlancar semua program kegiatan, dibentuklah beberapa devisi sebagai penunjang masing-masing kegiatan. ”Saha satunya adalah devisi untuk pengajaran, serta keterampilan,” jelas mahasiswi semester empat ini.
Sama halnya dengan UIN Sunan Kalijaga, mahasiswa PBA yang berjumlah 57 orang ini juga saling sharing tentang program kerja. Salah satu program unggulan dari universitas tersebut adalah peduli bencana, stand (Orientasi Pengenalan Akademik) OPAK, yang dilaksanakan sebagai kegiatan penyambutan mahasiswa baru, serta LKM untuk kegiatan pelatihan kepemimpinan. ”Jika mahasiswa di UIN Maliki Malang adalah Agent of Change, maka untuk UIN Bandung adalah Agent of Social,” jelas Irfad Muhammad Zainuddin, salah satu mahasiswa UIN Bandung.
Sedangkan untuk Ma’had Baitul Arqom, mereka juga membahas tentang program kegiatan ma’had yang berasal dari Jember ini, utamanya yang berkaitan dengan kebahasaan. Untuk itu, Hudaya mengundang beberapa petinggi Ma’had Sunan Ampel Aly, sebagai Ma’had yang bertanggungjawab atas pengembangan kebahasaan mahasiswa UIN, tidak terkecuali mahasiswa Hudaya. Sebelum acara sharing dimulai, Dr. Wildana Wargadinata, Lc. M. Ag. memberikan prolog mengenai hubungan antara Ma’had dan universitas. ”UIN merupakan kampus integrasi, yaitu pesantren dan universitas,” jelas Pembantu Dekan I Hudaya ini.
Untuk meyakinkan para peserta studi banding, Mahfudzi dan Peny Respati, Murobby dan Murobbyah menjelaskan tentang empat pilar yang dimiliki UIN, yang merupakan pembeda dengan kampus lain ini juga diterapkan di Ma’had, khususnya membangun rohani dan spiritualitas yang tinggi, sehingga dibentuklah devisi Ibadah untuk mengawal kegiatan tersebut. Tak lupa pula, Ma’had yang dihuni oleh sekitar dua ribu mahasiswa dan mahasiswi ini juga memberikan ilmu umum. ”Selain ilmu agama, mahasiswa semester satu dan dua, juga akan medapatkan pengayaan kebahasaan,” jelas Mahfudzi ketika memaparkan program kerja Ma’had.
Untuk lebih mengenal UIN Malang dan Ma’had, semua mahasiswa dari UIN Bandung dan santri Baitul Arqom kemudian diajak mengelilingi kampus dan juga Ma’had. Selain untuk mengetahui keadaan kampus dan Ma’had, diharapkan juga ada dialog seandainya para mahasiswa ingin mengetahi lebih dalam.”Sebagai pembimbing, kalian semua akan ditemani oleh mahasiswa PBA untuk mengelilingi kampus, serta beberapa musyrif untuk di lingkungan Ma’had,” tambah bapak Wildana, sebelum mengahiri acara. (rif)