(Upaya Menemukan Jati Diri Di Tengah-Tengah Krisis Percaya Diri)
Oleh: Abdul Wahab Rosyidi, M.Pd[1]
“Everyone born to be genius, demikian bunyi kata-kata bijak. Tiap orang dilahirkan dengan potensi dan kecerdasan luar biasa. Sang Pencipta telah melengkapi tiap manusia dengan berbagai potensi dan kecerdasan yang diperlukan untuk hidup dalam kehidupan ini.”
A. Pengantar
Semenjak dilahirkan di muka bumi ini, tiap orang dibekali potensi diri. Akan tetapi sering tidak disadari bahkan sampai usia dewasa. Padahal banyak kemampuan yang bisa dikembangkan dari potensi itu, apabila tahu seberapa besar potensi itu, karena hal itu berguna sebagai bekal memasuki kehidupan berikutnya, khususnya dunia kerja dan meningkatkan karir, serta profesionalis.
Siapa orang yang tak ingin belajar, berkarya, bekerja sesuai dengan minat dan bakat? Melakukan pekerjaan atau belajar yang sesuai dengan minat dan bakat tentu akan lebih menyenangkan dan mengasyikkan. Selain itu, minat dapat mendorong keinginan dan keseriusan seseorang untuk belajar dari berbagai jenis pengalaman yang diperoleh. Sementara bakat akan mempercepat proses penyerapan pembelajaran pengalaman. Alhasil, kinerja seseorang akan menjadi lebih baik. Sebelum mengenali minat dan bakat, kita perlu memahami lebih dulu potensi yang tersimpan di dalam diri. Dari sanalah seseorang menentukan arah dan mengawali tindakan untuk mewujudkan tujuan hidup.
Potensi yang bisa disebut sebagai kesanggupan atau kekuatan yang dapat dikembangkan itu memang memegang peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar dan bekerja. Apa pun jenis pelajaran yang dipelajarinya atau pekerjaan yang ditekuninya. Dengan ungkapan sederhana, potensi itu berbicara mengenai “siapakah saya” dan kemampuan apa yang saya miliki untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, mulailah melakukan observasi untuk mengenal diri sebagai langkah awal, menggali potensi diri. Lontarkan pertanyaan, misalnya, “Apa yang saya suka? “Orang seperti apakah saya?” “Apa yang jadi minat saya?” “Jenis pelajaran atau pekerjaan apa yang sulit saya kerjakan?” Dialog dengan diri sendiri ini contoh paling mudah tentang self awareness yang meliputi kemampuan memahami mood dan emosi diri, termasuk kemampuan menilai diri dan tidak mudah menyalahkan orang lain.
B. Langkah-Langkah Menggali Potensi Dalam Meraih Prestasi
Ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam upaya menggali potensi siswa sehingga mereka bisa meraih impian masa depannya. Pertama, konsep diri dan kedua, pandangan yang benar mengenai kecerdasan.
Tiap upaya untuk menggali maupun meningkatkan potensi, prestasi maupun kompetensi siswa, tidak terlepas dari yang bernama konsep diri. Konsep diri siswa adalah cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Konsep diri siswa terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan serta dipengaruhi siapa yang dianggap memiliki otoritas terhadap dirinya. Bagi siswa, guru dan orangtua-lah yang dianggap memiliki otoritas. Kosep diri ini mempengaruhi cara siswa berpikir, bersikap dan bertindak dalam hal apa pun, baik dalam berhubungan dengan orang lain maupun dalam kegiatan yang dikerjakan. Kosep diri terdiri atas diri ideal, citra diri dan harga diri.
Diri ideal adalah sesosok individu yang diinginkan siswa untuk menjadi seperti itu. Diri ideal ini sangat mempengaruhi arah yang ditujunya kelak. Hal ini menentulan perkembangan, karakter dan kepribadiannya. Diri ideal ini merupakan gambaran sosok seseorang yang sangat dikagumi remaja sehingga ia ingin menjadi seperti itu kelak. Citra diri berhubungan dengan bagaimana siswa melihat dirinya sendiri dan berpikir tentang dirinya pada saat ini. Perubahan dan peningkatan kosep diri dapat terjadi jika kita membantu siswa membangun citra dirinya.
Harga diri, mempengaruhi seberapa semangat siswa, seberapa antusiasnya, dan seberapa besar motivasi yang dimilikinya. Siswa dengan harga diri yang tinggi akan memiliki kekuatan yang besar untuk berhasil melakukan apa saja dalam hidupnya. Selama ini orang selalu menilai siswa berbakat dan pintar hanya dari nilai yang diperoleh di sekolah, sehingga jika siswa mendapatkan nilai yang kurang dengan cepat orang akan mengatakan bahwa si siswa tidak pintar (bodoh) dan tidak memiliki potensi apa pun. Pandangan dan penilaian semacam ini sangat keliru dan menyesatkan. Akibat pandangan keliru itu si siswa tidak dapat mengembangkan dan menemukan potensi yang ada dalam dirinya.
Profesor Howard Gardner dari Universitas Harvard telah mengembangkan model kecerdasan yang disebut multiple intelligence lebih 20 tahun. Ia tiba pada satu pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan bersifat laten, ada di diri tiap orang tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Dalam menjelaskan mengenai kecerdasan, ia menggunakan kata ‘bakat’ atau ‘talenta’. Konsep multiple intelligence yang dikembangkannya terdiri atas delapan jenis kecerdasan, yaitu:
- Kecerdasan linguistik, kemampuan dalam bidang bahasa.
- Kecerdasan matematika dan logika, kemampuan dalam berpikir abstrak dan terstruktur.
- Kecerdasan visual dan spasial, kemampuan yang berhubungan dengan gambar, diagram, peta, maupun grafik.
- Kecerdasan musik, kemampuan yang sangat kreatif dalam hal musik.
- Kecerdasan interpersonal, mampu bergaul dan beradaptasi dengan cepat, mampu menjadi mediator, dan pintar dalam hal berkomunikasi.
- Kecerdasan intrapersonal, kemampuan untuk dapat mengerti diri sendiri serta kemampuan untuk memperhatikan nilai dan etika hidup.
- Kecerdasan kinestetik, ahli dalam hal-hal yang berhubungan dengan fisik, pekerjaan tangan dan dalam hal mengelola suatu objek.
- Kecerdasan naturalis, kemampuan untuk mencintai alam dan berinteraksi dengan hewan maupun tumbuhan.
Pengembangan potensi seorang siswa hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut. Meniadakan atau mengesampingkan salah satu aspek di dalamnya merupakan pekerjaan sia-sia dalam usaha menggali potensi seorang siswa. Perlu dukungan dari orangtua dan guru dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri seorang siswa sehingga mereka bisa meraih semua impian masa depan mereka. Bantulah mereka agar memiliki konsep diri yang baik dan benar, lihatlah mereka dari sudut pandang multiple intelligence, biarkan mereka berkembang sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.
Ahmad Amin dalam bukunya yang berjidul “Faidlul Khotir” menjelaskan tentang langkah untuk memiliki konsep diri dalam meraih prestasi di antaranya:
- Berusahalah untuk memahami diri anda, memahami diri sendiri bisa dilakukan dengan mengenali kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri, kelebihan yang dimiliki dikembangkan, dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan. Disamping itu memahami diri bisa dilakukan lewat setiap persoalan yang anda hadapi.
- Berfikirlah positif dan bersikap optimis, prestasi atau sukses bukan milik orang-orang yang pinter dan cerdas. Setiap orang yang hidup di dunia ini berhak untuk menentukan hidupnya; sukses atau gagal, kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, ceria atau cenberut. Prestasi atau sukses tidak akan datang begitu saja (bim salabim), setiap orang pasti akan menghadapi suatu rintangan, dan itu memerlukan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh agar tercapai apa yang dicita-citakan.
- Cobalah untuk berfikir sistematis, berfikir sistematis merupakan senjata seseorang dalam menghadapi hidup yang senantiasa berubah dan selalu memunculkan persoalan.
- Carilah tokoh idola dalam hidup ini, ilmuan terkenal, ulama besar, bisnismen sukes, menejer profesional, olahragawan berprestasi dan lain, kemudia anda selalu berusaha untuk menjadi seperti dia dalam setiap gerak dan langkah.
- Tanamkan dalam diri anda rasa percaya diri, dan yakinlah bahwa diri anda layak untuk berprestasi dan sukses. Rasa minder tidak percaya diri akan membunuh setiap keinginan dan cita-cita.
C. Penutup
Orang-orang yang berprestasi dan sukses adalah, orang-orang yang mampu mengenali dan megembangkan potensi dirinya. Ketidaktahuan akan dirinya akan membawa hidup ini bisa tidak terarah, akan diombang-ambing oleh cepatnya perubahan yang terjadi dalm hidup ini.
Untuk memudahkan observasi diri, catatlah setiap keberhasilan yang pernah kita capai, keterampilan yang kita miliki, dan sifat-sifat positif yang kita punyai. Sesudah itu, pertahankanlah keberhasilan, keterampilan, dan sifat-sifat positif itu sebagai motivasi untuk meningkatkan kinerja kita.
[1] . Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Malang
* Makalah disampaikan pada acara dialoq interaktif dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di SMA “Persatuan” Tanggal 22 Maret 2008