HUMANIORA – (13/6/2024) Linguistik berfokus pada studi objektif tentang bahasa manusia melalui dialek yang digunakan setiap komunitas. Namun, studi studi linguistik modern memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan ilmu bahasa tradisional, di antaranya adanya independensi linguistik. Hal itu diungkapkan narasumber International Scholar Engagement 2024, Dr. Fuad Buali , dalam International Scholar Engagement 2024, Rabu, 13 Juni 2024.
Baca juga:
- Humaniora Gelar International Scholar Engagement 2024, Hadiran Pakar Linguistik Arab Dr. Fuad Buali
- Lagi, Mahasiswa Humaniora Raih Prestasi Lewat Karya Tulis
“Linguistik modern menekankan kemandirian dari disiplin ilmu lain seperti filsafat dan logika, berbeda dengan tata bahasa tradisional yang sering kali terikat oleh kedua disiplin tersebut”, ujar Ketua Koalisi Nasional untuk Bahasa Arab dan Presiden Jurnal Studi Penerjemahan Maroko tersebut.
Selain itu, Dr. Fuad Buali berpendapat bahwa linguistik modern lebih menitikberatkan pada studi bahasa lisan daripada bahasa tulis, yang menjadi perhatian utama tata bahasa tradisional. "Penekanan pada studi bahasa lisan lebih relevan dengan kenyataan komunikasi sehari-hari".
Selain itu, menurutnya, semua dialek dianggap setara dalam linguistik modern, tanpa memberikan preferensi khusus pada bahasa standar. Hal ini dikuatkan dengan asumsi bahwa linguistik modern berusaha membangun teori yang dapat diterapkan pada semua bahasa manusia.
“Bahasa lisan adalah bentuk komunikasi utama manusia. Pada aspek ini, linguistik modern menangkap variasi dan dinamika yang mungkin terlewatkan dalam studi bahasa tulis”, imbuhnya.
Menurut Dr. Fuad Buali, pendekatan yang menganggap semua dialek setara tanpa memberikan preferensi pada bahasa standar mencerminkan pemahaman bahwa setiap bentuk bahasa memiliki nilai dan fungsi yang sama pentingnya. Ia menambahkan bahwa hal ini bisa membantu menghilangkan bias linguistik dan mendukung keberagaman bahasa dalam konteks globalisasi dan masyarakat multikultural.
Selanjutnya, Dr. Fuad juga menggarisbawahi bagaimana kajian linguistik di Barat, yang telah berkembang pesat, diadopsi oleh para peneliti Arab. Hal ini memicu kembalinya kajian terhadap warisan linguistik kuno dengan tujuan menemukan legitimasi dan relevansi dalam memori linguistik Arab.
"Beberapa elemen dari studi linguistik Barat sebenarnya memiliki akar dalam tradisi linguistik Arab, sehingga memudahkan integrasi dan adaptasi," ujarnya.
Dalam paparan lanjutnya, Dr. Fuad menekankan dua faktor utama yang memudahkan aliran kajian linguistik Barat ke dalam penelitian Arab, yaitu kebaruan dan keilmiahannya, serta adanya pengaruh Arab dalam kajian linguistik Barat. Kedua faktor ini menjadi landasan penting yang membuat kajian linguistik modern dapat diterima dan diintegrasikan dengan baik dalam tradisi penelitian Arab.
Lebih lanjut, Dr. Fuad menilai bahwa pendekatan modern dalam linguistik tidak hanya bertujuan untuk memahami bahasa secara teoritis tetapi juga menerapkannya dalam konteks praktis, misalnya, dalam pengajaran bahasa, teknologi bahasa, dan komunikasi lintas budaya. Ini membuat studi linguistik lebih relevan dan berdampak langsung pada masyarakat.
Di akhir presentasinya, Dr. Fuad menyimpulkan bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana mengintegrasikan pendekatan modern ini dengan tradisi linguistik Arab yang kaya dan kompleks. Dr. Fuad menegaskan bahwa integrasi ini membutuhkan keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai tradisional dan mengadopsi metode-metode ilmiah terbaru.
“Ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh para akademisi dan peneliti untuk memastikan bahwa bahasa Arab tidak hanya tetap relevan, tetapi juga terus berkembang dalam konteks global yang dinamis” pungkasnya.
Dengan paparan yang disampaikan dalam ISE ali ini, Dr. Fuad memberikan pencerahan tentang bagaimana linguistik Arab dapat terus beradaptasi dan berkembang di era modern ini. Workshop ini menjadi bukti nyata bahwa dialog antara tradisi dan inovasi sangat penting untuk kemajuan studi linguistik. Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, melalui acara ini, menunjukkan komitmennya dalam memfasilitasi diskusi-diskusi akademik yang konstruktif dan visioner. [al]