HUMANIORA – (5/4/2023) Dalam rangka meningkatkan spiritualitas sivitas akademika, Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan pengajian Ramadhan pada Selasa, 4 April 2023 yang digelar di ruang teater Fakultas Humaniora. Kegiatan tersebut menghadirkan Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Kota Malang, yang sekaligus dosen Fakultas Humaniora Dr. KH. Marzuki Mustamar.
Baca juga:
- Humaniora Gelar Doa Bersama Untuk Kepergian Dr. KH. Ahmad Muzakki
- Humaniora Gelar Raker, Rancang Program Tahun 2024
Dalam kajian bertajuk Membangun Spiritualitas Moderasi Melalui Puasa tersebut, Kyai Marzuki Mustamar membahas pentingnya umat muslim menjadi moderat dan memahami teks keagamaan dengan tepat dan akurat.
“Untuk dapat memahami teks AL-Qur’an dan AL-Hadits dengan benar, tidak bisa tidak harus faham ilmu alat bahasa Arab”, tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur ini menyampaikan banyaknya kesalahfahaman dalam memaknai ayat-ayat Al-Qur’an dan al-Hadits, bermula dari kegagalan memahami teks.
“Minimnya penguasaan ilmu alat, menyebabkan gagal faham semakin besar”, jelas Kyai kharismatik kelahiran kota Blitar tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Kyai Marzuki mencontohkan berbagai pemaknaan harfiyah dalam ayat Al-Qur’an yang berimplikasi pada kelirunya pelaksanaan syariat. Dari ihwal syariat yang sehari-hari dilakukan, seperti wudlu, sholat, puasa, hingga aktivitas sosial masyarakat lainnya. Menurutnya, kontroversi yang terjadi di masayarakat bukanlah karena dalil yang dipakai berbeda, namun cara memahaminya yang tidak sama.
“Dalil yang dipakai sama, namun cara memahaminya berbeda. Maka, memahami teks agama tidak cukup diartikan secara tekstual, namun harus juga dilihat konteksnya”, imbuhnya.
Lebih lanjut, Kyai Marzuki juga menekankan pentingnya umat Islam mendayagunakan akal sehat dalam beragama. Eksistensi manusia menurutnya banyak diwarnai oleh akal sehat yang dioptimalkan dalam berpikir, menimbang, menentukan pilihan, bahkan mengambil alternatif keputusan, terlebih menyangkut penentuan hukum dalam realitas kehidupan yang dinamis.
“Agama ini sangat menghargai peran akal manusia. Bahkan akal dijadikan syarat taklif. Maka akal sehat harus dioptimalkan sebagai penunjang keimanan ”, tegasnya.
Di penghujung tausiyahnya, Kyai Marzuki juga menekankan pentingnya pemahaman konteks sosial dan budaya dalam menyikapi fenomena sosial yang berlaku di masyarakat luas. Pemahaman yang kompehenship tentang hukum Islam dipadukan dengan konteks sosial, menjadikan seorang muslim lebih bijak dalam bersikap dengan obyektif, dan terhindar dari justifikasi berlebihan terhadap golongan lain.
“Jangan sedikit-sedikit membid’ahkan orang, apalagi mengkafirkan. Islam di nusantara ini diajarkan melalui para alim ulama yang memiliki kebijaksanaan dan jiwa besar. Jangan diobrak-abrik tatanan yang sudah matang, hanya berdasarkan dalil ditafsirkan dengan dangkal”, tegasnya.
Kajian moderasi beragama ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari para peserta. Mereka sangat antusias untuk mengikuti setiap penjelasan yang disampaikan oleh Dr. KH. Marzuki Mustamar. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan bagi para peserta mengenai pentingnya ilmu alat dalam bahasa Arab, yakni nahwu dan shorof dalam memahami agama Islam. [ai]