HUMANIORA– (2/6/2022) Dalam pandangan umum, sampul buku dianggap menjadi bagian inti sebuah buku. Bagaimana tidak, sampul bukulah yang dianggap dapat merepresentasikan isi buku dan kemudian menentukan segmentasi pembacanya. Maka, tidak mengherankan apabila ada anggapan yang mengatakan jika ingin membeli buku, maka lihatlah sampulnya.
Namun demikian, pandangan seperti itu di mata Helge Daniels tidak sepenuhnya benar. Menurutnya, justru sampul buku memiliki makna bias, tidak mencerminkan makna orisinil dari isi buku, dan bahkan kehilangan arah. Pandangan ini ia sampaikan dalam diskusi bersama pakar yang dilakukan oleh Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada Jum’at 3 Mei 2022.
Pada diskusi bertajuk ”The Imaginative Power of Book Covers: Translation, Gender, and The Postcolonial Gaze” yang dikemas dalam kegiatan International Scholar's Engagement ini, Helge Daniels memaparkan temuannya setelah melakukan penelitian serius terhadap sampul buku karya terjemahan novel dari bahasa Arab kedalam bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda. Lebih spesifik lagi, ia focus pada novel-novel yang bertemakan gender.
Menurut Helge Daniels, sampul novel Arab yang diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda tidak mencerminkan sepenuhnya isi dari novel, dan bahkan mengalami pembelokan makna. Helge Daniels menunjukkan sampul buku dari terjemahan novel Banat Riyadl yang diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dalam dua versi.
Dalam versi terjemahan Bahasa Inggris, menurut Helge sampul novel mengalami pembiasan makna. Sampul novel berisi tentang gambar-gambar peralatan yang biasa disukai oleh kaum perempuan saat shoping di mal. Menurut Helge Daniels, gambar-gambar ini mencerminkan gaya hidup perempuan yang glamor. Ini tidak sejalan dengan isi novel yang menyuarakan perjuangan hak-hak kaum perempuan (gender). Sementara, pada sampul novel dalam versi aslinya (Bahasa Arab), terdapat beberapa gambar ikon perempuan memakai burqah dan laki-laki memakai sorban khas budaya Timur Tengah. Ikon-ikon ini mengisyaratkan keterkungkungan kaum perempuan dalam hegemoni kaum laki-laki.
Dari kedua versi sampul novel tersebut, menurut Helge Daniels, terdapat cerminan gambar sampul buku yang kontras. Sampul buku versi novel aslinya mengajak pembaca untuk memahami bagaimana kaum perempuan Arab berada dalam bayang-bayang para laki-laki.
Sedangkan pada versi terjemahan Inggris, sampul buku menggambarkan kehidupan glamor yang seringkali diidentikkan dengan perempuan; tidak mencerminkan sejatinya isi novel. Menurut Helge Daniels, kasus yang seperti ini juga dapat ditemukan dalam sampul buku dari novel terjemahan lainnya.
Oleh karena itu, Helge Daniels memberikan catatan kritis bahwa dalam pemilihan sampul buku terdapat “kepentingan” yang harus diwaspadai. Kepentingan itu bisa saja hadir karena “market selling”. Maka, sebuah sampul buku bisa saja menipu pembaca karena tidak menjiwai isi bukunya, lebih-lebih dalam buku-buku terjemahan. Di sini, sikap kritis pembaca dibutuhkan. Dan sebuah sampul buku mungkin sekadar menyimpan kekuatan imajinatif belaka. [li]