Pasca mengikuti seminar Internasional Spiritual Sastra di gedung Ir. Soekarno, kini giliran para dosen fakultas Humaniiora dan Budaya (Hudaya) untuk unjuk kebolehan dalam sastra. Hampir semua dosen dari fakultas tiga jurusan unjuk kebolehan dalam mempresentasikan tentang kesusastraan secara bersamaan dalam acara seminar paralel (9/4), yang merupakan lanjutan dari seminar sebelumnya.
Dalam acara seminar sastra yang bertempat di lima ruangan di fakultas Humaniora dan Budaya ini, masing-masing dosen mempresentasikan beberapa materi tentang kesusastraan yang dibagi menjadi lima pokok pembahasan yaitu, Kajian Sastra dan Budaya, Kritik Sastra Arab dan Islam, Prosa dan Sastra Lisan, Pembelajaran Bahasa dan Pengajaran Sastra Budaya, serta Puisi dan Pembelajaran Bahasa.
Dalam seminar paralel yang dimulai pada pukul 15.00 WIB tersebut, setiap dosen harus mempresentasikan beberapa materi yang memang harus berkaitan dengan kesusastraan. Salah satunya adalah Sri Muniroch, SS M. Hum yang membahas tentang Literary Studies. Menurut dosen sastra ini, salah satu problem yang ada pada mahasiswa ketika menulis adalah sense of language, yaitu bagaimana cara mengolah suatu bahasa. “Hal ini terjadi karena kita memang bukan native,” jelas dosen yang juga menjabat sebagai sekretaris jurusan Bahasa dan sastra Inggris ini.
Senada dengan Muniroch, Ahmad Kholil, M. Fil. I juga membahasa tentang kesusastraan, tepatnya tentang eksistensi puisi itu sendiri dalam segi tulisan. “Pokoknya semua kata yang bermakna dan indah ataupun nada-nada, maka juga termasuk dalam jenis puisi,” jelas dosen Bahasa Arab ini, didampingi dengan Rina Sari, M. Pd. dan Halimi Zuhdy, S. Hum.
Tak hanya dosen dari bidang sastra yang tampil, dosen dari bidang linguistik juga ikut mempresentasikan materinya. Salah satunya adalah Meinarni Susilowati, M. Ed yang membahas kesusastraan dalam bidang cerita daerah, tepatnya cerita-cerita di daerah Jawa. ”Setiap cerita yang mengandung local language, pasti ada sesuatu yang bisa kita pelajari,” terang dosen yang akrab dipanggil Bu Mei ini.
Sama halnya dengan Bu Mei, Hj. Rohmani Nur Indah, M. Pd yang juga memang ahli dalam bidang linguistik. Dosen writing ini menjelaskan tentang social group dalam karya sastra, yang membahas tentang kesadaran budaya secara kritis, seta cara membaca teks salam sebuah literary, salah satunya adalah previewing. “Dengan berinteraksi dengan teks, kita secara tidak sadar akan bertanya jawab dengan penulis,” papar dosen yang juga mengajar mata kuliah Psycholinguistics ini didampingi Hj. Like Rascova Oktaberlina, M. Pd dan Ika Farikha Hentihu, S. Pd.
Dosen bahasa Arabpun ternyata juga ikut andil dalam seminar tersebut. Salah satunya Nur Hasaniah, M. Ag yang membahas tentang feminisme dalam ranah sosial. “Ada berbagai masalah yang terjadi di masyarakat berkaitan tentang feminisme yang sangat menarik untuk dibahas”, ungkap dosen asli Probolinggo ini dengan didampingi Dr. H. Ahmad Muzakki, MA yang menjelaskan tentang hubungan antara sastra, sosial dan budaya.
Kemudian, ditambah dengan materi dari M. Faisol, M.Ag yang mengkaji tentang hakikat sastra islam yang dihubungkan dengan konteks Indonesia. Menurutnya, sastra dapat diartikan sebagai bentuk penyimpangan dari bahasa formal. “Fenomena sastra Islam yang terjadi di zaman sekarang bukanlah sastra Islam sesungguhnya tetapi merupakan tafsir dari bentuk ajaran Islam”, ujar dosen yang juga menjabat sebagai sekertaris jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini.
Meskipun jumlah tempat untuk seminar paralel tersebut berjumlah lima ruangan, tapi para peserta tetap bersemangat untuk mengikuti acara tersebut. Walaupun ada sedikit dari mereka yang masih bingung untuk menentukan tempat yang akan mereka ikuti. “Temanya bagus-bagus, jadi bingung mau pilih yang mana”, ucap Nisa’ Sholikah, salah satu mahasiswa fakultas Hudaya. (ney/rif/amn/isa)