Untuk kali kedua, Advanced Debate Community (ADC) fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) mampu menjadi wadah kreatif bagi segenap mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam beradu kompetisi. Organisasi yang berkecimpung dalam dunia debat ini mampu mengajak para mahasiswa dari berbagai kalangan, mulai perwakilan dari beberapa jurusan, sebagian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), hingga individual untuk berkompetisi dalam ajang adu argumen yang dikemas dalam acara Lomba Debate Se-UIN Malang, dan bertajuk Inter Department English Debating Championship.
Dalam acara yang bertemakan “Mastering English, Conquering the World” ini, Hj. Galuh Nur Rohmah, M. Ed M. Pd. selaku ketua jurusan Bahasa dan Sastra Inggris mengungkapkan rasa terima kasihnya atas diselenggarakannya lomba debat yang diikuti sekitar enam belas tim ini. Menurut dosen yang akrab dipanggil Bu Galuh ini, kegiatan yang bertempat di Home Theatre ini merupakan sebuah acara yang luar biasa dari ADC untuk seluruh mahasiswa UIN, baik bagi jurusan BSI ataupun jurusan lain. “Sebuah usaha yang bagus untuk meningkatkan critical thinking para mahasiswa dengan debate competition,” terang dosen yang juga mengajar mata kuliah Morphoogy ini.
Sebelum bertanding, seluruh tim diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara berdebat yang benar yang disajikan dalam acara Seminar Debate. Hal ini dilakukan karena tidak semua peserta yang hadir masih belum mendalami tata cara debat yang baik dan benar, sehingga acara seminar yang dipresentasikan oleh empat pemateri ini dianggap perlu untuk memberikan arahan tentang aturan bagaimana debat itu sesungguhnya. ”Nanti supaya nggak bingung bagaimana cara ngomong dan menyusun argumen pas lomba,” jelas Reni Andriani yang menjadi salah satu pemateri.
Setelah mengikuti seminar, keenam belas tim yang hadir dalam lomba yang berlangsung selama tiga hari ini (10-12/5) harus saling berkompetisi dalam menyusun dan mempresentasikan argumennya di depan para adjudicator (juri debat). Para peserta harus berjuang untuk bisa masuk ke babak selanjutnya yaitu delapan besar atau yang juga sering disebut quarter final, “lombanya asyik, benar-benar menantang,” ujar Agus Junaedi, salah satu peserta dari jurusan Biologi.
Setelah melewati babak tersebut, para peserta yang otomatis sudah berjumlah delapan tim ini, harus bertanding lagi untuk berebut masuk ke babak semi final yang hanya mengambil empat tim, yaitu tim dari LKP2M, ICP PAI A, ICP PAI B, serta Faza An Nabil. Akhirnya dua tim yang berhasil melaju ke babak selanjutnya adalah tim dari ICP, dengan begini partai final akan mempertemukan dua tim dari jurusan Pendidikan Agama Islam. “Nggak nyangka bisa masuk final,” ujar Faridatun Nikmah, peserta dari ICP PAI B.
Dalam partai final yang diadju oleh tujuh adjudicator ini, lomba berlangsung seru dan kedua tim saling serang dengan argument-argumant mereka. Tak pelak, para adjudicator pun juga sempat bingung untuk menentukan siapa yang berhak menjadi pemenang dan membawa piala. Akhirnya, para juri pun memutuskan ICP PAI A yang berhak menjadi juara dalam lomba debat tahunan ini. ”Senang rasanya bisa jadi juara,” jelas Elka Ratiyana setelah penerimaan piala dan piagam penghargaan.
Setelah semua piala dan penghargaan diberikan, akhirnya acara tahunan ADC ini ditutup secara resmi oleh Ribut Wahyudi, M.Ed., Dosen yang juga menjadi adjudicator pada partai final ini mengungkapkan bahwa acara debat ini merupakan sebuah unjuk kebolehan sebagai salah satu mahasiswa bilingual. Selain itu, dosen linguistics ini juga mengajak para pemenang untuk mengikuti latihan bersama, serta ikut serta dalam beberapa lomba debat yang biasa diikuti oleh ADC, sepert EJVED, JOVED, ataupun IVED, ”Insya Allah kita akan ketemu lagi tahun depan dalam acara yang sama, dan jangan segan-segan untuk latihan bersama,” tambah dosen yang menyelesaikan S2 di Australia ini. (rif)