HUMANIORA – (23/4/2024) Suasana haru dan kebanggan menyelimuti lingkungan Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dengan dikukuhkannya Prof. Muassomah, M.Si., M.Pd., sebagai Guru Besar bidang Ilmu Bahasa Arab. Prof. Muassomah tidak hanya mencatatkan namanya dalam dalam deretan Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tetapi juga menjadi Profesor perempuan pertama di lingkungan Fakultas Humaniora.
Baca juga:
- Alumni Humaniora Melangkah ke Tingkat Internasional, Bidik Studi Profesi di Kampus Luar Negeri
- Pelantikan Pengurus Baru OMIK Humaniora, Dekan Tekankan Kesadaran dan Kedewasaan Dalam Berorganisasi
Wanita kelahiran Gresik 51 tahun silam ini menjadi guru besar Fakultas Humaniora setelah secara resmi menerima SK Pengangkatan Guru Besar bidang Ilmu Bahasa Arab pada Sabtu, 3 Februari 2024 di Rektorat lantai 4 UIN Walisongo Semarang. Dirinya menjadi Guru Besar Fakultas Humaniora keempat, setelah sebelumnya dikukuhkan Prof. Wildana Wargadinata pada tahun 2022 silam.
Usai seremoni pengukuhan Guru Besar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, memberikan ucapan selamat kepada Prof. Muassomah atas gelar yang telah diraihnya. Dalam pernyataannya, Dr. M. Faisol menekankan pentingnya pengukuhan ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, terutama di Fakultas Humaniora.
“Selamat kepada Prof. Muassomah, semoga penambahan jumlah Guru Besar di Fakultas Humaniora akan menjadi dorongan tambahan bagi SDM dalam mewujudkan visi universitas menjadi perguruan tinggi Islam unggul dan bereputasi internasional”, ujarnya.
M. Faisol juga berharap bahwa Prof. Muassomah dapat mengemban amanah dengan baik. Menurutnya, tanggung jawab seorang Guru Besar tidak hanya terbatas pada tugas di institusi, masyarakat, dan negara, tetapi juga harus melibatkan upaya terus-menerus dalam menambah dan menyebarkan ilmu pengetahuan kepada generasi muda, serta berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Pengukuhan Prof. Muassomah sebagai Guru Besar tidak hanya merupakan pencapaian akademis, tetapi juga menambahkan warna baru dalam penelitian bahasa Arab yang menggali dimensi gender dan memperkuat pemahaman akan praktik budaya dalam masyarakat Arab. [al]