HUMANIORA – (6/10/2022) Kajian dekolonialisme sosiolinguistik merupakan kajian yang memberikan sudut pandang lain atas dominasi cara berpikir Eropa dan Barat terhadap nalar universal dan rasionalitas dalam aktivitas berbahasa. Barat dengan berbagai produksi keilmuan bukan segala-galanya.
Hal itu disampaikan oleh Dr. Ruanni Tupas, pakar linguistik dari University College London dalam acara International Scholar Enhancement yang diselenggarakan Fakultas Humaniora pada Kamis, 6 Oktober 2022. Ia menjelaskan secara panjang lebar tentang kolonialisme dalam kepercayaan berbahasa. Menurutnya, kepercayaan bahwa bahasa lokal sebagai bahasa yang inferior merupakan kesalahan berbahasa yang merupakan warisan kolonial, karena menempatkan Eropa dan Barat sebagai para meter yang serba unggul.
Baca juga:
Prof. George Quinn Mengupas Wali Brandal di Fakultas Humaniora
The Imaginative Power of Book Covers
“Eropa dan Barat bukan lagi menjadi parameter yang serba unggul. Guru terbaik, juga bukanlah hanya native speaker.”, tegasnya.
Pakar lingustik terapan University College London ini mengajukan pendekatan Sociolinguistik dari sudut pandang decolonial yang mensyaratkan perlunya menjelaskan keyakinan politik, praktik dan komitmen para ahli bahasa secara jelas. Sebagaimana merujuk Trueba dan Bartolom, hal tersebut menurutnya sama pentingnya dengan strategi dan instruksi yang digunakan dalam pengajaran itu sendiri.
Lebih lanjut, Dr. Ruanni Tupas, sembari merujuk Kumaravadivelu, menjelaskan bahwa Sosiolinguistic dari sudut pandang decolonial ini memungkinkan seseorang untuk mengkontrol teori dan prakteknya sendiri daripada hanya secara membabi buta mengikuti teori dan praktek berbahasa ala Barat.
Menurutnya, para pengajar bahasa asing perlu memperhatikan ekologi bahasa dan sekaligus multi-bahasa saat mengajar bahasa asing seperti bahasa Inggris. Hal tersebut bisa dipraktekan dengan pendekatan translanguaging.
“Pendekatan decolonial dalam Sociolinguistik menghargai ekologi bahasa dan sekaligus multi-bahasa yang dikuasai oleh penuturnya.”, imbuh pakar linguistik yang telah mempublikasikan banyak karya ilmiah seputar kajian poskolonial ini.
Topik Sociolinguistics from a Decolonial Lens ini dianggap menemukan relevansinya dengan perkembangan kajian linguistik di era sekarang, utamanya bagi masyarakat yang hidup di era global. Melalui pendekatan dekolonial terhadap pengetahuan, diharapkan dapat menambah wawasan kritis dan kepercayan diri dalam mendobrak hegemoni Eropa Barat, sekaligus sebagai bekal dalam mempersiapkan diri menjadi pemain untuk memproduksi pengetahuan global. [rw]
