Acara festival puisi internasional memang sudah berkahir. Akan tetapi, beberapa kegiatan lanjutan dari festival yang dimulai tanggal 7 April ini masih tetap berjalan. Salah satunya adalah Pameran Lukisan karya Aslan Asri. Tak tanggung tanggung, para panitiapun menghadirkan sang pelukis ke fakultas Humaniora dn Budaya (Hudaya) untuk melaksanakan diskusi seni lukis impressionis kemarin (13/4).
Dalam acara yang bertemakan “Diskusi Seni Lukis Impressionis” ini, Widhy salah satu dari paniti mengku bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah jawaban dari pertanyaan dari salah seorang kurator dan pengajar dari Jerman yang tampil pada festifal puisi, yaitu semua orang yang hadir dalam acara yang diketuai oleh Mundi Rahayu, M. Hum ini dengan cerita, dan daya hidup. ”Untuk merespon itu, Asri Aslanlah yang cocok, karena wajahny merupakan sebuah identitas,” jelasnya ketika membuka acara.
Aslan Asri sendiri sudah menggeluti dunia seni, khusunya melukis sejak dia masih kecil, dan karya-karyanyapun juga juga sangat banyak, mulai dari pra kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan, khususnya tentang sejarah seni rupa yang ada di Malang. Dan yang terbaru adalah pria yang akrab dipanggil Eyang Asri ini juga senang mengajar para pelukis, tepatnya di alun-alun kota Malang. ”Kadang pesertanya juga berasal dari luar kota Malang,” papar pria yang sering melukis denagn teknik impress ini.
Untuk itu, Widhy dan teman-teannya dari Kedai Sinau sengaja untuk meletakkan beberapa lukisan Aslan Asri yang ada di geleri mereka, Latifah untuk dipajang di lantai tiga fakultas Hudaya, sehingga diharapkan dengan adanya diskusi yang diikuti oleh beberapa mahasiswa Hudaya ini bisa mengetahui sejarah yang ada di kota Malang, khususnya melalui lukisan Aslan Asri. “Gambar pemandangan di sini adalah kota Malang pada zaman dahulu,” tambahnya ketika menjelaskan kepada para mahasiswa.[rif]