Seminar Nasional Fakultas Humaniora dan Budaya
Setelah para dosen fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) mendapatkan ilmu tentang peta keilmuan bahasa beberapa hari yang lalu, kini giliran mahasiswa untuk mendapat ilmu kebahasaan lainnya dalam Seminar Nasional bertajuk Korpus dalam Penelitian, Pengajaran, serta Pembelajaran Bahasa. Sama halnya dengan diskusi para dosen, untuk seminar kemarin (3/11) ini, Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D juga berbagi ilmu dengan para mahasiswa serta didampingi oleh Dr. H. Ahmad Muzakki, MA yang membahas tentang Problematika dan Model Penelitian Sastra.
Dalam kegiatan yang bertempat di Home Theatre fakultas Hudaya tersebut, Prof. Bahren menjelaskan secara penjang lebar mengenai Korpus, mulai dari definisi, jenis-jenis Korpus, Pendekatan berbasis Korpus, hingga manfaat Korpus bagi peneliti bahasa. Menurutnya, Korpus adalah kumpulan teks mengenai bidang tertentu, dan biasanya digunakan dalam ilmu bahasa. ”Bagi peneliti bahasa, korpus sangatlah bermanfaat, karena Korpus ada dalam beberapa bahasa,” jelas dosen yang menyelesaikan S3 di Monash University ini.
Untuk lebih meyakinkan pada para mahasiswa tentang penggunaan Korpus, dosen asli Sumatra Utara ini memberikan testimoni terkait cara menggunakan korpus, hingga bagaimana cara mendapatkan Korpus secara gratis. ”Korpus bisa digunakan dalam Pengajaran atau Pembelajaran, Statistika, Dialektologi, hingga Linguistik Historis,” paparnya. Selain itu, dosen yang telah mendapatkan gelar Doktor tanpa menempuh kuliah Master tersebut juga menjelaskan mengenai beberapa manfaat Korpus, utamanya yang digunakan dalam kebahasaan, ”Korpus juga digunakan dalam tata bahasa, sosiolinguistik, serta kajian terjemahan.”
Untuk materi selanjutnya, Dr. H. Ahmad Muzakki, MA yang juga memberikan materi pada acara yang dihadiri oleh sekitar 200 mahasiswa ini membahas tentang Problematika dan Model Penelitian Sastra. Dosen asli Madura ini mengatakan bahwasanya ad tiga problem penelitian sastra yang biasa terjadi, yaitu orientasi penelitian masih terbatas pasa teks sastra, minimnya teori penelitian sastra, serta kekeliruan memilih metode. ”Di antara kekeliruan metode adalah kualitatif serta kuantitatif,” papar dosen yang akrab disapa Pak Muzakki ini.
Selain itu, Muzakki juga menjelaskan tentang model penelitian sastra, khususnya mengenai penggunaan penelitian yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa. Menurutnya, penelitian sastra lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan fenomena karya sastra bersifat imajinatif, sehingga sulit untuk dideteksi, dan diukur validitasnya. ”Semua orang bisa melakukan penelitian, karena penelitian itu bersifat sesaat dan untuk kepentingan tertentu,” tambah dosen yang juga menjabat sebagai ketua jurusan Bahasa dan Sastra Arab. (rif)