Sebagai jurusan yang bergerak dalam bidang pendidikan, jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) juga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap pengembangan kualitas seorang guru Bahasa Arab. Hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan bimbingan kepada beberapa guru Bahasa dalam kegiatan “Pendampingan Guru Bahasa Arab MI Kota Malang” yang terfokus pada Pengembangan Bahasa Ajar. Kegiatan yang terlaksana atas kerjasama jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan Mapenda Kemenag Kota Malang kemarin (7/11) bermaksud untuk mendapingi para guru, khsusnya dalam menerapkan model pembelajaran bahasa Arab di kelas.
Sejatinya kegitan yang bertempat di Aula fakultas Hudaya ini merupakan inisiatif dari jurusan PBA untuk memberikan pendampingan kepada para guru MI, hal ini dikarenakan dari sekian banyak guru yang mengajar Bahasa Arab di MI hanya 17 orang saja yang asli lulusan pendidikan Bahasa Arab, sisanya dari jurusan lain. Ternyata, kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini pun mendapatkan tanggapan yang bagus dari Kemenag kota Malang. ”Sebelum mengadakan kegiatan ini, kami juga mencari data dan menganalisis, apakah benar memang ada kesulitan ketika mengajar Bahasa Arab khususnya dalam menerapkan metode pembelajaran, serta apa sajakah yang dibutuhkan guru ketika mengajar,” terang Dra. Umi Machmudah, MA selaku ketua jurusan PBA.
Kegiatan yang diikuti sebanyak 67 guru tersebut dimulai dengan pemberian materi mengenai kurikulum yang digunakan oleh setiap Madrasah Ibtidiyah. Bapak Abdul Wahab Rosyidi yang menjadi pemateri dalam topik tersebut menjelaskan bahwasanya ada beberapa standar kompetisi lulusan bagi setiap siswa di MI, diantaranya adalah Menyimak, Berbicara, Membaca, serta Menulis. ”Standar keempat kompetensi tersebut menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indakator pencapaian kompetensi, serta untuk penilaian,” jelas dosen jurusan PBA tersebut. Bapak yang akrab disapa dengan panggilan Pak Wahab ini juga mengungkapkan, ”ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Mimeliputi beberapa tema, diantaranya perkenalan, keluarga, alamat, dan lain-lain sebagaimana tercantum dalam Permenag Nomor 2 tahun 2008.”
Selanjutnya, para peserta diberikan materi berupa Identifikasi Buku Ajar Berbasis Kurikulum. Dalam kesempatan tersebut, Ibu Mamluatul Hasanah, M. Pd menjelaskan tentang bagaimana mengkonstruksi bahan ajar berbasis literasi dan critical thinking serta implementasi formulasi konstruk tersebut dalam pembelajaran bahasa Arab di tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Menurutnya, ada beberapa kajian teori yang harus diketahui oleh para guru, seperti menyususn bahan ajar, karakteristik anak sebagai dasar penyusunan ajar, serta critical thinking dan bahan ajar.”Maksud dari berbasis literasi di sini adalah building knowledge of field, modeling of textsjoin construction of texts, dan individual construction of texts,” jelas Ibu yang juga menjadi koordinator unit CILCS tersebut.
Sebagai bentuk pengaplikasian dari materi tersebut, Ibu yang akrab disapa dengan panggilan Bu Mamlu’ ini meminta para peserta untuk membentuk beberapa kelompok dan membahasa tentang thinking fokus yang sering diterapkan di MI.”Masing-masing dari kelompok akan dipandu oleh para pendamping untuk mendiskusikan model bahan ajar yang biasa digunakan di MI,” tambah dosen yang juga mengajar mata kuliah Study Hadits ini.
Selain itu, para peserta juga diberikan materi menegenai bagaimana cara menyiapkan materi pembelajaran Bahasa Arab. Bapak H. Bisri Musthofa, MA yang menjadi pemateri pada acara tersebut mengatakan bahwa pertanyaan awal yang harus bisa dijawab adalah, mengapa harus mengajar bahasa Arab?, dan apa yang akan diajari?”Dua pertanyaan awal tersebut harus bisa dijawab oleh setiap guru,” jelas dosen asli Malang tersebut. Mengenai pembahasannya, dosen yang akrab dipanggil Pak Bisri ini mengungkapkan bahawa materi yang disampaikannya sangat penting bagi pengajar karena masalah dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya terjadi pada murid, tapi juga guru. Pak Bisri juga mengungkapkan bahwa komponen pembelajaran yang harus diketahui oleh setiap guru adalah tujuan, materi, metode, serta evaluasi.”ada empat tahapan pembelajaran, yaitu aswat, mufrodat, tarakib, dan maharah lughatiyah,” paparnya. Dosen yang juga menjabat sebagai sekretari s unit Self Access Center ini juga manjelaskan,”ada juga aspek yang harus diperhatikan, Nafsy, Tsaqafy, Tarbawy, dan Lughawy.”
Untuk menambah pengetahuan tentang cara mengajar yang menarik, Bapak Makki Hasan memberikan beberapa cara bagaimana cara membuat inovasi pembelajaran, khususnya bahasa Arab. Menurutnya untuk membentuk inovasi tersebut, setiap guru harus tahu siapa yang akan diajari? Apa tujuan pembelajaran? Apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara mengerjakan? Dan terakhir, bagaimana cara mengevaluasi? ”Ada tiga unsur pembelajaran untuk anak-anak yang harus bisa diterapkan oleh dosen, yaitu bekelompok, bergerak, serta bermain,” ujar dosen asli Probolinggo ini. (rif)