HUMANIORA – (23/4/2025) Metode penelitian kualitatif memiliki posisi sentral dalam dunia keilmuan, terutama dalam bidang sosial dan humaniora. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna tersembunyi di balik sebuah fenomena secara mendalam, kontekstual, dan holistik. Tidak sekadar mengukur, tetapi memahami. Tidak hanya menghitung, tetapi menafsirkan. Inilah pesan utama yang disampaikan Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si., CIQnR., CISHR., CIQaR., dalam sesi kuliah bertajuk Social Research Methodology: Paradigms, Approaches, Methods, and Techniques yang berlangsung di Pendopo Penelitian Malang, Selasa, 22 April 2025.
Baca juga:
- Rawat Keberagaman, Bangun Peradaban Lewat Dialog Lintas Iman
- Humaniora Ikuti Entry Meeting Evaluasi AKIP, Lanjutkan Langkah Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
Dalam kuliah yang dihadiri oleh para dosen Fakultas Humaniora dan para mahasiswa Program Doktoral ini, Prof. Mudjia tampil bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai pemikir dan pemandu jalan dalam dunia riset ilmiah. Sebagai dosen metodologi bersertifikasi internasional dan peneliti senior yang dikenal luas di kalangan akademik, ia menekankan bahwa metodologi bukan sekadar prosedur teknis, melainkan filosofi dasar dalam memahami realitas.
“Penelitian yang baik tidak mungkin lahir tanpa metodologi yang tepat. Metodologi adalah jantung dari penelitian,” tegas Rektor UIN Malang periode 2013–2017 ini.
Ia menyebut bahwa banyak peneliti muda yang terjebak pada instrumen dan teknik, namun melupakan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari ilmu yang mereka pelajari. Padahal, untuk benar-benar memahami sebuah realitas sosial, peneliti harus terlebih dahulu memahami kedudukan ilmunya dalam keseluruhan struktur ilmu pengetahuan: natural sciences, formal sciences, applied sciences, human sciences, hingga religious studies.
Kuliah ini menjadi semacam perjalanan intelektual, bukan sekadar sesi transfer ilmu. Prof. Mudjia mengajak peserta merenungkan kembali makna hakiki dari riset: mencari kebenaran ilmiah yang dapat diuji dan dikembangkan, bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik.
Sebagai penggagas Padepokan Penelitian Malang, Prof. Mudjia juga memberikan semangat kepada para calon doktor untuk tidak takut menyelami kompleksitas metodologi. Menurutnya, tesis dan disertasi yang berkualitas hanya bisa dihasilkan jika peneliti memiliki pemahaman metodologis yang kuat dan mampu mengaitkan antara teori, konteks, dan realitas empiris.
“Apa yang saya pelajari bukan milik saya sendiri. Ilmu harus dibagikan, karena ilmu akan tumbuh dalam kebersamaan,” tuturnya.
Melalui perkuliahan ini, diharapkan para dosen semakin memahami urgensi metodologi penelitian dan mampu mengaplikasikannya dalam riset. Dengan pemahaman yang kuat, riset yang dilakukan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam skala nasional maupun internasional. [al]