HUMANIORA – (21/8/2024) Laboratorium Kajian Bahasa dan Budaya (LKBB) Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menggelar Workshop Penelitian Etnografi Budaya, Rabu, 21 Agustus 2024. Acara ini berlangsung di Auditorium Fakultas Humaniora dan menghadirkan pakar Etnografi Budaya dari Departemen Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr. Sita Hidayah sebagai narasumber utama. Workshop ini dihadiri oleh oleh pimpinan, segenap dosen Fakultas Humaniora, serta dosen di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Baca juga:
- Mahasiswa UMM dan Guru SMA Surya Buana Kunjungi Humaniora, Lakukan Kolaborasi Budaya
- WD 3 Ajak Panitia PBAK Fakultas Gunakan Pendekatan yang Humanis, Soft dan Smart
Kegiatan workshop dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol. Dalam sambutannya, Dr. M. Faisol menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Dr. Sita Hidayah atas kesediaannya berbagi ilmu bersama Fakultas Humaniora. Ia menekankan pentingnya tema yang diangkat dalam workshop ini, mengingat peran besar penelitian etnografi dalam mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, khususnya di era global seperti saat ini.
"Penelitian etnografi memiliki peran yang sangat besar dalam mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, terutama di era global seperti sekarang. Metode ini memungkinkan kita untuk memahami dan mendokumentasikan kompleksitas budaya yang ada di masyarakat, serta memberikan perspektif yang lebih mendalam dalam menjawab berbagai tantangan sosial. Kami berharap seluruh peserta dapat menyerap banyak ilmu dari pemaparan yang telah disampaikan, dan mampu menerapkannya dalam penelitian mereka ke depan," ujar Dr. M. Faisol.
Selanjutnya, Dr. Sita Hidayah memulai sesi dengan menjelaskan bahwa paradigma sosial dan humaniora merupakan rangkaian konsep yang saling terkait dan membentuk kerangka pemikiran untuk memahami dan menjelaskan realitas serta tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip pemikiran Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, ia menekankan bahwa penelitian etnografi harus didasarkan pada elemen-elemen penting seperti asumsi dasar, nilai-nilai, masalah yang diteliti, model, konsep, metode penelitian dan analisis, serta hasil analisis yang dihasilkan, hingga representasi etnografi yang dihasilkan.
Alumni Albert-Ludwigs Universität, Freiburg-Germany tersebut juga menekankan bahwa pendekatan antropologi yang menggabungkan pendekatan agama menunjukkan adanya kecenderungan untuk memisahkan antara kebenaran normatif konservatif dan kebenaran empiris. Kebenaran dalam pandangan antropologi bersifat empiris, yang berarti bahwa kebenaran ini tidak hanya didasarkan pada teks suci, tetapi juga pada pengamatan dan pengalaman nyata yang dapat diverifikasi.
Paradigma empiris ini berperan penting dalam membentuk pemahaman kita tentang apa yang disebut sebagai kebenaran, sehingga mempengaruhi cara kita melihat dan menilai fenomena sosial serta praktik keagamaan dalam konteks yang lebih luas.
“Melalui pendekatan ini, kita dapat mengeksplorasi kebenaran dengan lebih menyeluruh, menggabungkan dimensi tekstual dan empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang realitas’, ujarnya.
Pemaparan yang diberikan oleh Dr. Sita diharapkan dapat memperkuat pemahaman peserta tentang pentingnya etnografi sebagai alat untuk mengeksplorasi budaya dan kehidupan sosial masyarakat. Urgensi acara ini terletak pada kebutuhan untuk memperdalam pemahaman dosen Fakultas Humaniora dalam melakukan penelitian yang mampu mengungkap dinamika budaya secara lebih mendalam dan komprehensif. Etnografi budaya menjadi salah satu metode yang krusial dalam menggali keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, serta menyoroti hubungan kompleks antara berbagai elemen sosial dan budaya.
Workshop ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana para peserta berkesempatan untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang tantangan dan peluang dalam penelitian etnografi budaya. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang kuat bagi para dosen Fakultas Humaniora dalam mengembangkan penelitian yang berkualitas dan relevan dengan dinamika budaya yang berkembang di masyarakat. [al]