GEMA-Suasana di kampus UIN Maliki Malanag sontak berubah, itu disebabkan adanya rombongan bas Belia MABIMS (Menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura) sebanyak dua bus. Kehadiran rombongan dari empat negara itu langsung disambut oleh Rektor UIN Maliki Prof. Imam Suprayogo, WR I Prof. Mudjia Rahardjo, WR II Dr. Saifullah, dan WR III Dr. Agus Maimun. Kegiatan itu berlangsung meriah di Gedung Home Theater Fakultas Humaniora dan Budaya Lt.3 (1/10).
Rombongan itu tiba di UIN Maliki tepat pukul 08.15 WIB. Menurut Sigit, salah satu ketua rombongan Kementerian Agama (Kemenag) menuturkan, rombongan MABIMS yang hadir di UIN Maliki sebanyak 60 orang yang terdiri dari Malaysia 12 orang, Brunai Darussalam, 12 orang, Singapura, 12 Orang sementara dari Indosesia ada 26 orang. “Peserta MABIMS ini di ambil dari beberapa pejabat, karyawan muda yang ada di Kementerian Agama, selain itu juga ada delegasi dari beberapa kampus yang ikut dalam forum MABIMS ini,” terangnya.
Sementara itu, menurut H. Amir Ketua Rombongan Brunai Darussalam, berkunjung di UIN Maliki bisa mendapat ilmu banyak. Alasannya, di UIN Maliki memiliki keanekaragaman dan keuniversalan yang mampu diterapkan, mulai dari dunia pesantren hingga persoalan keilmuan sains dan teknologinya. “Prof. Imam mengatakan pada kami, mahasiswa di UIN Malang, kalau pagi kuliah sementara sorenya mereka harus belajar Alquran, saya betul-betul terkesan mendengar hal itu,” harunya.
Itulah, tambah dia, yang membedakan UIN Maliki dengan UIN yang ada di Nusantara ini. Ditambah lagi, sebanyak 1.222 mahasiswa UIN Maliki tengah menjalani proses menghafal Alquran. “Hal inilah yang membuat kami takjub dan mendapat beberapa masukan untuk bisa ditiru di Perguruan Tinggi yang ada di negara kami,” ungkapnya.
Dalam penyambutan tamu empat negara itu, Prof. Imam juga membuat suasana semakin hangat dan cair, dengan bahasa “guyonannya” itu membuat suasana semakin akrab saja. Buktinya, semua peserta MABIMS dibikin tertawa terbahak-bahak. Meski sambutannya sedikit guyonan. Namun, penyampain nilai-nilai yang diterapkan di UIN Maliki mampu mereka terima dengan mudah.
“UIN Maliki ini adalah kampus pluralisme, yang kuliah disini tidak hanya mahasiswa dari Indonesia saja, akan tetapi ada yang dari Rusia, Madagaskar, Thailand, Papua Nugini, Palestin dan bahkan yang dari Malaysiapun juga ada,” terangnya sembari diikuti aplous dari peserta MABIMS.
Perserta MABIMS yang berjumlah 60 orang itu juga merasa terhibur dengan adanya penampilan tari topeng dan nyanyian mars HTQ (hai’ah Tahfidzul Quran) UIN Maliki. “Bagus sekali penampilan tari dan mars HTQ, saya suka sekali mendengarnya, suaranya merdu-merdu dan anaknya baik-baik dan sopan,” ungkap salah satu peserta asal Singapura, sembari menikmati penampilan kesenian tari topeng khas Malang itu.