Advanced Debate Community (ADC) menggelar Open Recruitment (penerimaan anggota baru) yang diikuti oleh para mahasiswa baru , khususnya jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI). Acara yang dilaksanakan selama dua hari tanggal 1-2 Oktober itu berlangsung meriah. Pasalnya, panitia mengundang pemateri dari luar, yaitu salah satu the best speaker lomba debate.
Open recruitment yang ke 7 atau yang sering disingkat OR 7 ini, dilaksanakan di lantai tiga Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan dihadiri oleh 35 mahasiswa baru jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), tak lupa pula presiden ADC serta ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa dan Sastra Inggris. Menurut Irham selaku presiden ADC mengatakan bahwa tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mengajak para mahasiswa berkecimpung dalam dunia debate. “Dengan adanya acara ini (OR 7, red), kita bisa mengajak mahasiswa khususnya BSI untuk mengikuti lomba-lomba debate antar universitas yang akan dilaksanakan beberapa bulan ke depan,” tegas mahasiswa semester tujuh ini.
Senada dengan Irham, Labib selaku ketua HMJ BSI menuturkan, sebagai organisasi yang berkecimpung dalam dunia kebahasaan khususnya bahasa Inggris, ADC diharapkan bisa meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa BSI. “Semoga dengan diadakannya perekrutan ini, ADC dan HMJ yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa BSI bisa tetap berhubungan dengan baik,” ujarnya ketika memberikan sambutan pada acara tersebut.
Ketika acara yang berlangsung selama tiga jam (13.30-16.30) tersebut dimulai, para peserta begitu sangat antusias ketika Hanif, pemateri debate pada acara tersebut memberikan materi debate tentang Matter, Method, dan Manner. Salah satunya adalah Wahyu, dia mengaku sangat senang bisa mengikuti acara ini. “Saya memang sudah pernah mengikuti lomba debate, tapi untuk materi dan penyampaiannya, saya lebih bersemangat dalam acara ini (OR, red),” ungkap mahasiswa semester satu tersebut dengan penuh semangat.
Bukan hanya Wahyu, Qadafi, teman sekelas Wahyu juga sangat bersemangat, dia sangat bersemangat ketika pemateri sekaligus the best speaker pada lomba debate ITS Surabaya 2010 ini memberikanya kesempatan untuk bertanya. ”Acaranya luar biasa, saya dan teman-teman sekelas baik yang putra atau yang putri benar-benar mendapatkan ilmu dan cara berdebate yang benar,” tutur mahasiswa bernama lengkap Muhammad Mu’amar Qadafi ini ketika ditemui setelah acara.
Pada hari kedua, acara yang bertemakan The Responsibility of Intellectual ini tidak dilaksanakan di dalam ruangan, akan tetapi panitia melanjutkan acaranya di luar, tepatnya di depan Pusat Informasi UIN Maliki Malang. “Supaya teman-teman tidak bosan di dalam ruangan, kita sengaja memindahkan acaranya ke luar,” tutur Yuni, selaku ketua pelaksana pada acara tersebut.
Pada acara yang dimulai jam 07.00 pagi ini, panitia memberikan kesempatan kapada para peserta untuk mereview materi yang telah disampaikan kemarin dan mereka (peserta, red) diminta untuk menyampaikannya di depan anggota lain. “Praktek seperti ini memang sulit, tapi hal ini bisa melatih kita untuk speaking di depan public,” ujar Iswa, mahasiswi semester 1 sekaligus peserta dalam acara tersebut dengan penuh senyum.
Setelah diberi pemanasan, dalam acara mereview materi, panitia kemudian menunjukan cara berdebate kepada peserta dengan simulasi debate yang dilakukan oleh panitia sendiri. Para pesertapun sangat berantusias memperhatikan dan menanggapi para debater. “Dengan simulasi ini, bukan hanya materi yang kita dapat, akan tetapi kita juga bisa tahu bagaimana cara berdebate yang benar,“ ungkap Phosa, salah satu peserta yang menanggapi dengan nada penuh semangat.
Selanjutnya para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk praktek debate dan masing-masing dari kelompok mempunyai satu pendamping. Habiba mengaku, sebagai panitia kita tidak hanya menunjukan cara berdebate, tapi kita di sini juga akan mengajari praktek berdebate yang baik. “Debate tidak cukup hanya dengan materi saja tapi praktek dalam berdebate itulah yang lebih penting,” tambah mahasiswa semester tujuh tersebut yang juga menjadi adjudicator pada salah satu tim.
Setelah para peserta beradu argument. Mereka kemudian dilantik sebagai tanda bahwa mereka akan setia bersama ADC. Akan tetapi, meskipun mereka telah mengikuti pelantikan, bukan berarti mereka telah menjadi anggota ADC, ada salah satu syarat lagi, yaitu mereka harus mendapatkan PIN dari masing-masing pendamping. Para peserta diminta untuk menutup matakemudian para pendamping memberiikan PIN kepada peserta yang layak untuk menjadi anggota ADC. “Sebenarnya mereka semua telah diterima menjadi anggota, tapi ini hanyalah akal-akalan panitia untuk mereka,” tambah Habiba dengan wajah riang penuh senyum.
Tentu saja hal ini membuat para peserta merasa sangat tegang, ketika membuka mata, mereka merasa takut tidak diterima menjadi anggota. ”Alhamdulillah, meskipun kita semua merasa sangat tegang ketika proses pemberian PIN, tapi kita sekarang bisa bergembira karena saya dan semua peserta bisa menjadi anggota ADC,” tutur Munif, mahasiswa semester 1 yang juga menjadi peserta dengan wajah senyum. (rif)