Cuaca panas di siang hari tidak hanya membuat gerah lantaran suhu yang panas, melainkan menjadi hari yang cukup menegangkan bagi beberapa mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris (BSI). Pasalnya pada jam 13.00 WIB (24/10), sebanyak tujuh mahasiswa jurusan BSI sedang mengerjakan tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language disingkat) yang diadakan oleh pihak Fakultas Humaniora dan Budaya. Merka berharap akan mendapatkan hasil yang maksimal guna sebagai salaha satu syarat mengikuti beasiswa. Hasil test yang harus mencapai 450 itu menjadi syarat utama dalam mengikuti beasiswa yang diikuti mereka, yaitu IELSP (Indonesia English Languange Study Program) ataupun UGRAD (The Global Undergraduate Exchange Program). Kedua menawarkan beasiswa untuk short course di Amerika. Selain itu, dua beasiswa ini telah menjadi langganan bagi mahasiswa fakultas Humaniora dan Budaya tiap tahunnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri dengan terbuktinya beberapa mahasiswa fakultas Humaniora dan Budaya yang sudah pernah belajar di Amerika.
Menurut Muchamad Sholakhuddin Al-Fajri yang saat itu menjadi salah satu peserta test TOEFL memaparkan bahwa dengan adanya test TOEFL ini tidak hanya bisa mengukur kemampuannya dalam skill bahasa Inggris melainkan juga menjadi point penting yang akan dipertimbangkan dalam seleksi beasiswa tersebut, meskipun pada dasarnya yang diharapkan adalah test yang bertaraf Internasional bukan Instutisional. “Hal yang terpenting di sini adalah lolos dalam seleksi peserta beasiswa IELSP ataupun UGRAD,” tutur mahasiswa semester lima tersebut.
Tampaknya Rif’atul Lum’ah yang menjadi motivasi bagi mereka, alasan mereka adalah, karena mahasiswi semester tujuh ini pernah lolos seleksi IELSP dan telah belajar selama dua bulan di negeri Paman Sam. Hal ini dipaparkan oleh Zakhirotul Hafidhotul “Mbak rif’ah menjadi salah satu motivasi bagi saya untuk terus tetap maju, kalau dia bisa, mengapa aku tidak bisa, aku harus tunjukan kalau aku bisa.” ujarnya dengan semangat.
Rif’ah pun sangat memotivasi mereka untuk terus tetap berjuang dan berusaha dalam penyeleksian beasiswa ini. gadis berwajah riang ini menganggap bahwa beasiswa ini akan banyak memberikan pengalaman kepada mereka. “Yang terpenting berani mencoba dululah, jangan merasa minder dengan temen-temen yang lebih pintar. Saran saya, ketika kalian sudah diterima dan menghadapi sesi wawancara, usahakan enjoy dan jangan terlalu formal, anggap saja sedang berdiskusi dengan teman, yang penting adalah do your best” jelasnya saat ditanya perihal pengalaman dan tips-tips buat calon peserta beasiswa IELSP ataupun UGRAD ini.
Test TOEFL gelombang pertama yang diikuti Munadhiratul Laili, Zakhirotul Hafidhotul Karimah, Rosidah Widya Ning Tyas, dan Muchamad Sholakhuddin Al-Fajri dari semester V, serta Abdul Azis dari semester VII dan Nasrullah dari semester III ini nampaknya benar-benar serius dalam mengerjakan test tersebut, sekalipun mereka masih merasa ada beberapa kesulitan dalam mengerjakan. Seperti yang dipaparkan oleh Munadhiratul Laili. “Kita mengerjakan test TOEFL ditengah-tengah pelaksanaan UTS, otomatis persiapan kita tidak terlalu matang karena kita masih fokus pada UTS.”
Selain itu, waktu yang terbatas juga mempengaruhi para peserta ketika mengerjakan test tersebut. “Dengan adanya waktu yang dibatasi serta banyaknya soal, hal ini malah membuat saya merasa kesulitan meskipun sebelumnya saya sudah melakukan latihan-latihan test TOEFL di computer. Walaupun demikian, saya tetap mengerjakannya dengan serius,” kenang mahasiswi yangs erring dipanggil Laili ini.
Tujuh mahasiswa BSI ini juga merasa terbantu dengan diadakannya test TOEFL oleh pihak fakultas, karena dengan test tersebut mereka dapat menghemat waktu, biaya serta tenaga. Fajri menyatakan bahwa test TOEFL yang diadakan pihak fakultas ini cukup murah jika dibandingan dengan test TOEFL yang lain. Hanya dengan biaya registrasi Rp.75.000 kita bisa ikut test ini.”
Selain biaya yang cukup terjangkau oleh kalangan mahasiswa, mereka juga bisa menghemat tenaga dan waktu. Karena mereka tidak perlu jauh-jauh naik angkot atau kendaraan, mereka hanya cukup mendatangi lab fakultas Humaniora dan Budaya yang terletak di lantai 2.
Pilih UGRAD saja
Berbeda dengan ketujuh mahasiswa di atas, ketika merka sibuk dengan lamaran beasiswa IELSP, lain halnya dengan Annadhifatul Churri Illiyin. Gadis yang pernah menjadi Ning UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, lebih tertarik untuk mengikuti UGRAD, mahasiswi yang akrab disapa Ana ini berpendapat bahwa beasiswa UGRAD akan menjadi sebuah tempat untuk memperbaiki kemampuan soft skill dalam menganalisa suatu masalah dengan belajar langsung kepada para ahli di negara pendidikan no 1 di dunia.
Beasiswa ini, menjadi pilihan terakhir baginya karena dia beranggapan bahwa UGRAD lebih memberi jangka waktu yang cukup lama. “Beasiswa ke Amerika ini memberi jangka waktu yang cukup lama untuk para peserta dalam belajar, yaitu minimal satu semester. That’s why, saya pilih UGRAD saja,” tambah Mahasiswi asal Malang tersebut.
Setelah para peserta mengikuti test, mereka harus mengirim dokumen mereka, kemudian mereka menunggu pengumuman dan bersiap untuk mengikuti sesi selanjutnya, yaitu sesi wawancara, “Saya sudah ngirim dokumennya, saya harap saya bias terpilih dan diberi kesempatan untuk mengikuti program beasiswa tersebut,” ujar Ana dengan penuh harap. (fza)