Semakin banyaknya mahasiswa asing yang menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, ternyata juga membuat Fakultas Humaniora dan Budaya yang memang bergerak dalam pengembangan bahasa untuk memberikan pembelajaran bahasa kepada mahasiswa asing lebih intensif. Hal tersebut direspon dengan pembuatan suatu unit yang memang bergerak dalam bidang tersebut yaitu, CILCS (Center for Indonesian Language and Culture Studies).
Unit yang berdiri belum genap satu tahun tersebut fokus dalam dua bidang keilmuan khususnya dalam pengembangan bagi mahasiswa asing, baik yang belajar di fakultas Hudaya atupun di fakultas lain. Kedua bidang tersebut adalah BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) serta Studi Budaya yang sudah dilaksanakan tahun kemarin. “Kegiatannya sama seperti mahasiswa biasanya, bedanya mereka fokus belajar Bahasa Indonesia serta dikumpulkan sesama mahasiswa asing lainnya,” tutur Mamluatul Hasanah, M. Pd. selaku ketua unit CILCS.
Unit yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 2011 tersebut mempunyai program rutinan yang dilaksanakan hampir setiap hari demi kemajuan para mahasiswa asing dalam penguasaan bahasa Indonesia. Mempelajari bahasa Indonesia merupakan kegiatan utama yang harus dipelajari oleh para mahasiswa asing, kemudian dilanjutkan penggunaan bahasa Indonesia, sesuai dengan jurursan yang mereka ambill di universitas. ”Yang harus mereka lakukan pertama kali adalah harus bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sebagai cara untuk bisa mempelajari pelajaran lain,” tambah dosen yang akrab dipanggil Ibu Mamlu’ tersebut.
Dalam pengembangannya, unit yang terletak di lantai satu fakultas Hudaya tersebut mempunyai tiga angkatan dalam setiap pembelajarannya, yaitu mahasiswa Thailand dan Madagaskar untuk angkatan pertama, Rusia pada angkatan kedua, serta Sudan dan Philipina pada angkatan ketiga. Masing-masing dari mereka akan mendapatkan pengajaran dari para dosen yang memang sudah ahli dalam bahasa asing. ”Setiap mahasiswa akan mendapatkan dosen yang berbeda, tergantung jurusan mereka,” tambah dosen yang mengajar PKPBA tersebut.
Selain belajar bahasa Indonesia, mereka juga mempelajari budaya yang ada di Indonesia, guna sebagai acuan bagaimana mereka harus menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan baik di kampus serta bermasyarakat. Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah studi budaya dengan mahasiswa Deakin University, Australia tahun lalu. Menurut dosen yang juga menjadi wali kelas mahasiswa asing di PKPBA tersebut, pembelajaran budaya yang akan dipelajari adalah budaya Jawa, kemudian dilanjutkan dengan budaya di seluruh Indonesia. “Budaya yang harus dipelajari adalah budaya yang berbasis Islam,” jelas dosen yang juga mengajar di semua jurusan di Hudaya ini.
Adapun tujuan dari pengenalan budaya tersebut sebagai upaya untuk Cross Cultural Understanding, yaitu upaya untuk memberikan pengetahuan serta pengertian tentang bagaimana budaya yang ada di Indonesia, sehingga Culture Shock akan terhindar dari mereka ketika belajar di Indonesia. Menurut Ibu Mamlu’, ”Untuk memberikan pemahaman, kami gunakan dengan pendekatan secara komunikatif.”
Selain fokus dengan dua bidang studi dia atas, unit yang juga dibantu oleh Agung Wiranata Kusuma tersebut, juga bekerjasama dengan unit lain yang ada di Hudaya, seperti KJM, yang mengurusi pendaftaran, Penelitian untuk saling bekerjasama dalam penelitian budaya, serta PKBB, yang membantu secara umum. Hal ini dikarenakan CILCS berdiri dari PKBB serta langsung dikoordinatori oleh Drs. Hj. Syafiyah, MA.
Adapun kegiatan yang baru saja dilakukan oleh unit yang tepatnya terletak di disamping kantor Pembantu Dekan II dan III tersebut adalah sebuah studi budaya yang dilaksanakan ke Pondok Pesantren Diponegoro, Bali bulan Januari lalu . Di sana, mereka mempelajari bagaimana pola budaya di pondok pesantren tesebut sebagai minoritas Islam. ”Selain belajar budaya, kami juga belajar bagaimana tingkah laku mereka sebagai orang pesantren,” tambah dosen asli Blitar tersebut.
Selain mengajar mahasiswa asing yang belajar di UIN, CILCS juga berharap akan ada mahasiswa asing lain dari luar UIN untuk saling sharing bersama, khususnya tentang dari negara selain yang disebutkan di atas. “Kami juga berharap akan ada dosen yang bisa mengajar bahasa Cina ataupun Prancis, karena tidak menutup kemungkinan akan ada mahasiswa lain yang datang ke UIN,” tambah dosen tiga anak tersebut. (rif)