Menjadi mahasiswa fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) yang fokus pada pengetahuan bahasa dan budaya, bukan berarti tidak boleh mempelajari skill lain. Salah satunya adalah belajar tentang pembuatan film dokumenter yang dilaksanakan oleh fakultas tiga jurursan ini kemarin (24/2), hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengajak mahasiswa terjun ke dalam dunia perfilman.
Acara yang bertajuk Film Screening ini mendatangkan beberapa pakar pembuat film dokumenter. Salah satunya adalah Luthfi Pratomo, SH, salah seorang pakar pembuatan film dokumenter yang memang sudah expert. Pakar yang menyenangi pembuatan film orang utan tersebut sudah mengelilingi pulau Kalimantan dalam setiap pembuatan filmya. ”Ketika membuat film, yang harus kuat adalah riset yang diperoleh, serta orang yang diwawancarai,” jelas pria yang datang beserta teman-temannya dari Kedai Sinau ini tersebut
Acara yang bertempat di Home Theatre lantai 3 ini juga mendatangkan seorang pakar lainnya yaitu, Slamet Junaidi, seorang yang memang sudah ahli dalam pembuatan film dokumenter dan memperoleh banyak penghargaan atas hasil karyanya. Pembicara pertama tersebut mengatakan bahwa pertama kali dia membuat film hanyalah iseng dan masih belum bisa mengoperasikan kamera, akhirnya lambat laun mulai bisa dan mengembangkannya hingga saat ini. ”Kita harus berani belajar dan berbeda untuk bisa berkarya,” ujarnya.
Sebelum acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta tersebut dimulai, para peserta diberi warming up untuk menonton beberapa film dokumenter. Film berjudul ‘Topengku Malang Budayaku', ‘Masyarakat Adat’, ‘Penjaga Sejati Hutan’ serta ‘Aku Harus Sekolah’ karya Slamet Junaidi dan Luthfi Pratomo tesebut mampu menyulap para audience untuk larut dalam film tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Etik Lailiyatul Farihah yang mengaku sangat senang bisa mengikuti acara ini. “Dengan film dokumenter, kita bisa tahu bagaimana keadaan di luar,” kata mahasiswi semester VI jurursan PBA ini.
Sebagai pembanding, acara yang dimulai pukul 13.WIB ini juga mendatangkan bapak Kholil, M. Fil, salah satu dosen Hudaya yang juga ahli dalam dunia perfilman. Menurutnya, membuat film dokumenter merupakan suatu semangat untuk tetap hidup serta menunjukan identitas. Dosen study Al Quran ini menyatakan,” film dokumenter ini, bisa menunjukkan realita yang terjadi di sekeliling kita.”
Bapak Kholilpun tidak sendiri, beliau juga ditemani salah satu dosen Hudaya yang ahli dalam dunia jurnalistik yaitu, Mediansyah, SH, menururut dosen yang akrab dipanggil pak Medi tesebut, orang yang pembuat film adalah orang yang bisa menghargai segalanya, karena siapa saja bisa diliput oleh mereka. ”Kunci utama membuat film dokumenter adalah harus tetap fokus dengan tema yang kita angkat,” jelas dosen yang juga bekerja di surat kabar Solo Pos ini.
Tak ayal, workshop film dokumenter tersebut juga disambut baik oleh pihak fakultas, khususnya Dr. H. Wlidara Wargadinata, Lc., M.Ag. yang mengatakan bahwa membauat film dokumenter merupakan kegiatan dalam dunia sastra. ”Mahasiswa Hudaya harus bisa aktif dalam dunia perfilman, siapa tahu bisa masuk level Nasional,” jelas bapak yang juga menjabat sebagai Pembantu Dekan I tersebut.
Panitia yang diketuai oleh Mundi Rahayu, M. Hum. ini juga mendatangkan beberapa tamu yang memang menyenangi dalam dunia perfilman, salah satunya dari Universitas Muhammadiyah Malang serta Komunitas Pembuatan Film dari Malang. “Terima Kasih atas kedatangan dan bantuannya kepada semua pihak,” terang Ibu Mundi ketika memberikan sambutan. (fza/rif)